PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD NEGERI 024 SETIANG.
OLEH
MOCH IMAM AZAZI
NIM. 822928818
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
POKJAR SITIUNG
UNIT PROGRAM BELAJAR
JARAK JAUH
UNIVERSITAS TERBUKA (UT)
UPBJJ 14 PADANG
2015
ABSTRAK
Rendahnya motivasi belajar peserta didik disebabkan
karena guru dalam menyampaikan materi pelajaran tidak menggunakan metode yang variatif. sehingga kurang menarik
perhatian peserta
didik. Untuk
itu di lakukan penelitian Tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran
Make a Match dengan penerapan kurikulum
2006 melalui pendekatan Saintifik [mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan mengkomunikasikan]. Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan
cara meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas V SD N 024 Setiang pada
mata pelajaran pkn
dengan topik
organisasi melalui penerapan model
pembelajaran make-A match.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada tanggal 08 April sampai dengan 22 April
2015 di SD N 024 Setiang. Dari hasil
penelitian di temukan bahwa hasil penggunaan metode make a macth dapat meningkatkan
motivasi belajar
peserta
didik terhadap pembelajaran PKN Kelas V SD Negeri 024 Setiang. Hal ini dapat di lihat pada persentase motivasi belajar peserta didik pra siklus sangat
kurang,yaitu
hanya sebesar 50%, namun pada siklus I persentase motivasi belajar peserta didik menunjukkan
peningkatan menjadi 70%,
kemudian pada siklus II persentase motivasi belajar peserta didik meningkat mencapai
80%. kemudian
pada siklus III
persentase motivasi belajar
peserta
didik meningkat mencapai 90%.
Kata
kunci: Motivasi belajar, Model make a
match, Saintifik
[mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasikan].
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Menurut
UU No.12 th. 2006.Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas
(2006:49), adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara
yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh
Pancasila dan UUD RI 1945.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pendidikan kewarganegaraan
adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga negara
yang baik, sehingga mampu hidup bersama-sama dalam masyarakat, baik sebagai
anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga Negara.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural,
bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil,
dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum
Berbasis Kompetensi, 2004).
Kurikulum
2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya :
1.
Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetisi sesuai tuntutan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional.
2.
Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan
pengetahuan.
3.
Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
(misalnya pendidikan karakter, metodologi, pembelajaran aktif, keseimbangan
soft skills dan hard skill, kewirausahaan), belum terakomodasi didalam
kurikulum.
4.Kurikulum
belum peka dan tanggapan terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat
lokal, nasional maupun global.
5.
Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pengajaran yang rinci
sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada
pembelajaran yang berpusat pada guru.
6.
Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis pada kompetensi
(proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara
berskala.
7.
Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak
menimbulkan multi tafsir.
Pendidikan
bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis
sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus.
Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-buku pelajaran,
alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran, sehingga peserta didik
termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya pelajaran PKN.
waktu pembelajaran berlangsung penulis
menemukan hampir semua siswa kurang bersemangat dalam belajar, dan setelah di
lakukan ulangan di akhir pertemuan ternyata hasilnya jauh di bawah yang di
harapkan. sewaktu melakukan refleksi penulis menyimpulkan motovasi untuk
belakar pkn sangat rendah
·
Persentase keberanian peserta didik 1
orang anak (30%),
·
Keaktifan peserta didik 3 orang anak (30% ),
·
Semangat belajar peserta didik
4 orang anak (40% ),
·
Dan kemampuan bertanya peserta
didik 2 orang anak (20% ).
Rendahnya motivasi dan hasil belajar peserta
didik tersebut salah satunya disebabkan
1.
Karena guru dalam menyampaikan materi pelajaran tidak
menggunakan metode yang variatif
sehingga kurang menarik perhatian peserta didik.
2. Pendekatan
pembelajaran masih berpusat kepada guru,
Guru kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir holistik (menyeluruh) kreatif, objektif, dan logis.
Salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan suatu pendidikan adalah peranan kemampuan guru.
Dimana guru secara garis besar menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan
tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses
pembelajaran.
Oleh sebab itu
salah satu langkah yang dilakukan seorang guru sebagai pembimbing peserta didik
terutama dalam mata pelajaran PKN adalah dalam pemilihan model pembelajaran yang
tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran saat itu.
Pada penelitian ini peneliti mencoba menggunakan metode kooperatif model pembelajaran make a match.
Menurut
pandangan Zamroni dalam Murtadho:Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yangbertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis
danbertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran bahwademokrasi
adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjaminhak warga
masyarakat.Tujuan dari pembelajaran PKnSD adalah untuk menjadikan warganegara
yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak
dankewajibannya. Dengan demikian, diharapkan kelak dapat menjadi bangsa
yangterampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti
kemajuanteknologi modern.Pendidikan kewarganegaraan memberikan pengetahuan
kepada kitauntuk bagaimana mengerti tentang negara kita. Pendidikan
kewarganegaraanberdasarkan undang-undang merupakan pendidikan yang wajib
dilaksanakanoleh setiap pelajar. Akan tetapi meskipun pelajaran ini sudah
dianggap wajib,masih juga banyakpeserta didikyang malas untuk
mempelajarinya.Karenapelajaran ini dianggapmereka sangat membosankan untuk
dipelajari. Jadi guru harus mampu membangkitkan minat belajar peserta didik
agarmereka tertarik untuk mempelajari pendidikan kewarganegaraan
Lorna Curran
yang diterapkan peneliti dalam penelitian ini. Model pembelajaranmake a match
ini mengajak peserta didik untuk mencarijawaban terhadap suatu pertanyaan atau
pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan.
Denganmenggunakan model pembelajaranmake a match(mencari
pasangan)ini,diharapkan dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa jenuh dan
diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
Menurut Ibrahim
(2000 : 2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus
pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang
meliputi : saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap
muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses
kelompok (Lie,2003:30).
Model pembelajaran
kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat
kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan
kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka mencapai tujuan
Setelah dilakukan
penelitian di kelas V SD Negeri 024
Setiang, ternyata masih banyak siswa yang pasif dalam belajar, tidak
bersemangat, siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan sehingga hasil belajar
yang diperoleh juga rendah.
Melalui diskusi
dengan supervisor, penulis mengindentifikasi masalah dan kekurangan dalam proses
pembelajaran PKN yaitu: Rendahnya motivasi peserta didik untuk mengikuti proses
pembelajaran PKN karena metode pembelajaran tidak sesuai dengan materi,
sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran PKN kelas V SD Negeri 024
Setiang.
Mengacu pada latar
belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka seharusnya Metode
Pembelajaran yang digunakan guru harus sesuai dengan materi sehingga memudahkan
peserta didik untuk memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang
telah penulis uraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1.
Apakah Model Make-A Match dapat
meningkatkan motivasi belajar Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas V SD Negeri 024 Setiang “
2.
Bagaimana penerapan
Model Make-A Match dapat meningkatkan motivasi belajar Pada Mata
Pelajaran PKN di Kelas V SD Negeri 024
Setiang “ untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas V SD N 024 Setiang pada mata pelajaran
PKN dengan topik Memahami kebebasan berorganisasi .
Dari uraian dari diatas, maka penelitian mencoba
melakukan penelitian tindakan kelas
(PTK) yang berjudul “ Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Peserta
Didik Dengan Menerapkan Model Make-A Match Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas V
SD Negeri 024 Setiang “
C. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Dari rumusan masalah yang telah dibahas Maka, Tujuan
penelitian ini adalah Mendeskripsikan cara meningkatkan motivasi belajar
peserta didik kelas V SD N 24 Setiang pada mata pelajaran PKN dengan topik Memahami kebebasan berorganisasi melalui
penerapan model pembelajaran make-A match
D.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.
Bagi Peserta Didik
Meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan peserta didik sehingga peserta
didik dapat menyelesaikan evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran, dan
Pelajaran PKN menjadi salah satu pelajaran yang sangat digemari, sehingga hasil
yang peroleh memuaskan.
2.
Bagi Guru
a.
Bagi
guru sebagai masukan dan pemahaman dalam pelaksanaan pembelajaran PKN
dengan model make a match dan guru
diharapkan menerapkan dalam pembelajaran.
b.
Mengatasi berbagai permasalahan
yang terjadi dikelas sehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar
siswa dan dapat memperbaiki mutu kinerja guru secara berkesinambungan.
c.
Meningkatkan keprofesionalan guru dalam menghadapi permasalahan yang nyata dalam proses
pembelajaran di kelas.
Khususnya dalam pembelajaran PKN
d.
Untuk
mengetahui model pembelajaran apa yang cocok dilakukan oleh guru di kelas.
3.
Bagi Sekolah
a.
Bagi
sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah pada mata pelajaran PKN
b.
Menjadi solusi dari
kendala belajar pada bidang-bidang pendidikan lainnya.
c.
Membantu tanggung jawab
sekolah dalam memperlancar pelaksanaan
kurikulum pendidikan di sekolah.
d.
Agar tercapainya tujuan pembelajaran
serta tujuan sekolah yang berkualitas serta untuk Meningkatkan mutu pendidikan
di sekolah tersebut
e.
Suasana
belajar lebih hidup di kelas V SD Negeri 24 Setiang
sehingga mutu sekolah tersebut dapat berkembangan
II. KAJIAN
PUSTAKA
1. Kajian Teori
a. Hakikat Pembelajaran PKN
Pembelajaran PKN adalah proses pemberian
pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang
terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan PKN yang
dipelajari. Strategi satu komponen yang
menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran PKN,
yang sesuai dengan :
1.
Topik yang sedang dibicarakan
2.
Tingkat perkembangan intelektual peserta
didik
3.
Prinsip dan teori belajar
4.
Keterlibatan aktif peserta didik
5.
Keterkaitan dengan kehidupan peserta
didik sehari-hari
6.
Pengembangan dan pemahaman penalaran .
Beberapa
strategi pembelajaran pkn yang dianggap sesuai pada saat ini adalah :
1.
Pemecahan masalah
Masalah
dibuat agar siswa bisa tertantang untuk menyelesaikan masalah. Ada beberapa
manfaat pemecahan masalah untuk siswa yaitu : kreatif dalam berfikir, krisis
dalam menganalisis data dan mandiri dalam bertindak dan bekerja.
2.
Penyelidikan matematis
Penyelidikan
tentang masalah yang dapat dikembangkan menjadi model matematika yang berpusat
pada tema tertentu.
3.
Penemuan terbimbing
Guru
membimbing siswa – siswanya dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis
sehingga mereka merasa menemukan sesuatu.
4.
Contektual Learning
Pengelolaan
suasana belajar yang mengaitkan bahan pelajaran dengan situasi atau kehidupan
sehari-hari
Lickona
menggaris bawahi pemikiran Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan
karakter/watak anak dapat dilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep
moral(moral knowing), sikap moral(moral feeling), dan prilaku moral(moral
behavior). Dengan demikian, hasil pembentukan sikap karekter anak pun dapat
dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.
Pemikiran Lickona ini mengupayakan dapat digunakan untuk membentuk watak anak,
agar dapat memiliki karater demokrasi. Oleh karena itu, materi tersebut harus
menyentuh tiga aspek teori (Lickona), seperti berikut :
Konsep moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral (moral awarness),
pengetahuan nilai moral (knowing moral value), pandangan ke depan (perspective
talking), penalaran moral (reasoning), pengambilan keputusan (decision making),
dan pengetahuan diri (self knowledge).
Sikap moral (moral feeling) mencakup kata hati (conscience), rasa percaya diri
(self esteem), empati (emphaty), cinta kebaikan (loving the good), pengendalian
diri (self control), dan kerendahan hati (huminity).
Perilaku moral (moral behavior) mencakup kemampuan (compalance), kemauan (will)
dan kebiasaan (habbit).
Teori Lickona (1992) ini cukup relevan untuk digunakan dalam pembentukan watak
anak dan sesuai dengan karakteristik materi PKn. Sasaran pembelajaran PKn SD
dapat dikaitkan dengan pola pikir Lickona tersebut. Dari sini dapat kita lihat
hasilnya, tentang seberapa jauh perubahan watak atau karakter anak setelah
mendapat materi PKn. Misalnya, bagaimana watak atau karakter anak yang
terbentuk berkenaan dengan demokrasinya setelah ia menerima demokrasi tersebut.
Pembelajaran adalah suatu kondisi yang
dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswa (Syaiful Bahri
Djamarah, 2002: 43). Erman Suherman (2003: 8) mengartikan pembelajaran sebagai
upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal. Menurut Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Benny
Susetyo, 2005: 167) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik yang
dimaksud adalah siswa dan pendidik adalah guru. Menurut Sugihartono (2007: 81),
pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan
ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan
berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif
dan efisien serta dengan hasil yang optimal.
. Menurut Tim ICCE UIN Jakarta :
“Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga
pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik
sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude,
political efficacy dan political participation serta kemampuan mengambil
keputusan politik secara rasional.”
Sejalan
dengan itu, kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan SD/MI adalah
kemampuan pikir dan tindak yang produktif
dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.. Peserta didik diajak
mengikuti proses pembelajaran transdisipliner
yang menempatkan kompetensi yang dibelajarkan dikaitkan dengan konteks peserta
didik dan lingkungan.
Standar
isi dan setandar kopetensi lulusan 2006
menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan ktsp
1. Motivasi Belajar
Banyak
ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain
Wahjosumidjo mengatakan bahwa motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berprilaku untuk tujuan
yang telah ditetapkan, sementara itu. Siagian (1995) mengatakan motivasi adalah
daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk
mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan
waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai
sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari
berbagai pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa motivasi adalah daya
penggerak atau pendorong dalam diri seseorang sehingga ia mau berbuat, bekerja
dan menggunakan segenap potensinya dalam bekerja untuk mancapai tujuan,
Indrawijaya (1981) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah suatu dorongan dan
energi penggarak sehingga menimbulkan semangat dalam melakukan pekerjaan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu Sergiovani yang dikutip Bafadal
(1992) mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah keinginan dan kemampuan
seseorang untuk mangambil keputusan, bertindak dan menggunakan seluruh
kemampuan baik fisik, psikis dan sosial dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari
pendapat-pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan dan energi
penggerak, dalam diri seseorang siswa yang menimbulkan semangat untuk melakukan
proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi
belajar seseorang peserta didik sangatlah penting dalam belajar, supaya
pembelajaran dapat berjalan lancar dan tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai
sebagai mana yang diharapkan. Hal tersebut dikemukakan oleh Wahjosumidjo dalam
(Wina Sanjaya, 2010:249-262) mengemukakan bahwa motivasi sangat mempengaruhi
seseorang berprilaku dalam melaksanakan sesuatu dan mempertahankan kegiatan
kearah tujuan yang telah ditetapkan.
1. Fungsi Motivasi
Motifasi
sangat diperlukan dalam kegiatan belajar agar kegiatan belajar pada diri siswa
dapat bermanfaat dan berhasil, sehubungan dengan hal tersebut terdapat beberapa
fungsi motifasi diantaranya :
1)
Motifasi
sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
2)
Motifasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuan
3)
Motifasi
dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan
4)
Motifasi
berfungsi sebagai pendorong untuk usaha mencapai prestasi.
2. Jenis Motivasi
Dilihat dari jenisnya motivasi terbagi kepada dua yaitu:
1)
Motivasi Instrinsik
yaitu
motivasi yang muncul dari diri sendiri pada setiap
individu, misalkan peserta didik ingin belajar karena keinginannya menambah
pengetahuan
dan wawasannya sendiri.
2)
Motivasi Ekstrinsik
yaitu motivasi yang datang dari luar diri. Misalnya, peserta didik belajar
dengan penuh semangat karena inin mendapatkan nilai yang bagus.
3. Cara menumbuhkan motivfasi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menumbuhkan motifasi dalam kegiatan belajar disekolah yaitu diantaranya :
memberi nilai, hadiah, saingan/ kompetisi, ego infolvement, memberi ulangan,
mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang
diakui.
Kegiatan yang
dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada
akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi peserta didik dalam diskusi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat
hubungannya dengan peningkatan keaktifan peserta didik yang dapat dilakukan
dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat ditujukan ke
arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa
diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif.” Selanjutnya,
penerapan metode make a match dapat
membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara peserta didik serta mampu
menciptakan kondisi yang menyenangkan
4. Pengertian Belajar
a)
Anita E Woolfolk (1993) belajar
merupakan sebagai perubahan prilaku akibat dari suatu pengalaman tertentu
b)
Hilgard dan Bower, dalam buku Theories
of Learning (1975).”Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang -
ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkahlaku itu tidak dapat
dijelaskan atas dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan
-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.”
b. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan
sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik
adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan perkataan lain,
metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka
menggunakan teknik yang berbeda.
c.
Tujuan
,manfaaat dan karakteristik penelitian tindakan kelas (ptk)
Sebagai seorang
guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta
didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan
bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan
sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau
perkembangan mental atau perkembangan kognitif peserta didik.
Karakteristik
siswa yang diharapkan oleh peneliti adalah siswa disiplin dalam belajar, aktif,
bersemangat, rajin mengerjakan tugas, berani, teliti dalam bekerja, tekun,
bertanggung jawab, percaya diri dan mau bekerja sama dengan orang
lain.Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.
Penelitian tindakan kelas ini mempunyai
manfaat, baik bagi guru, pembelajaran atau peserta didik, maupun bagi sekolah.
Manfaat PTK bagi guru diantaranya untuk memperbaiki pembelajaran yang
dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran, guru
dapat berkembang secara professional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu
menilai dan memperbaiki pembelajaran yang sedang dikelola, guru menjadi lebih
percaya diri dan guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri. Bagi pembelajaran atau siswa, PTK
bermanfaat untuk meningkatkan proses atau hasil belajar peserta didik, di
samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para peserta didik
dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu
sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan atau kemajuan pada diri guru
dan pendidikan disekolah tersebut.
Ada beberapa karakteristik penelitian
tindakan kelas, yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain.
Karakteristik tersebut adalah:
1.
Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh
munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini
di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.
2. Self-reflective inquiry, atau
penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial.
Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek
atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan
data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri.
3. PTK
dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran berua perilaku guru dan peserta didik dalam melakukan interaksi.
4. PTK
bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap
dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan (Wardhani.IGAK.2013).
d. Model Make-A Match
a. Pengertian Model Make A Match
Metode make a match atau mencari
pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa.
Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu peserta didik disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, peserta
didik yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari
pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik
ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep
atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Model
pembelajaran make and match adalah sistem pembelajaran
yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama,
kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan
mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).
Teknik metode
pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan
oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Tujuan dari
pembelajaran dengan model make and match adalah untuk melatih
peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu
materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168). Siswa dilatih berpikir cepat dan
menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.
b. Langkah-langkah penerapan model Make
a Match sebagai berikut:
1.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang
bertuliskan soal/jawaban.
3.
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari
kartu yang dipegang.
4.
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang
cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara
akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara”
5.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6.
Jika siswa tidak dapat mencocokkan
kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7.
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
8.
Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau
3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9.
Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.Pada penerapan metode make a match,
diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama
siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di
tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar
siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak
sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini
merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie
(2002:30) bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang
menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”
c.
Tujuan
Pembelajaran Model Make A Match
1)
Menciptakan suasana belajar siswa aktif
dan menyenangkan
2)
Memberikan materi pembelajaran yang
disampaikan lebih menarik perhatian peserta didik.
3)
Meningkatkan hasil belajar peserta didik
mencapai taraf ketuntasan belajar.
4)
Dapat memupuk kerjasama peserta didik
dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan jawabannya.
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Make A
Match
Pembelajaran kooperatif metode make a
match memiliki kelebihan di antaranya sebagai berikut:
1.
Mampu menciptakan suasana belajar aktif
dan menyenangkan
2.
Materi pembelajaran yang disampaikan
lebih menarik perhatian siswa
3.
Mampu meningkatkan hasil belajar siswa
mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% .
4.
Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam
proses pembelajaran (Let them move)
5.
Kerjasama antar sesama siswa terwujud
dengan dinamis.
6.
Munculnya dinamika gotong royong yang
merata di seluruh siswa.
Di samping manfaat yang dirasakan oleh
siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di
lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1.
Diperlukan bimbingan dari guru untuk
melakukan kegiatan
2.
Waktu yang tersedia perlu dibatasi
jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3.
Guru perlu persiapan bahan dan alat yang
memadai.
4.
Pada kelas yang gemuk (<30
siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti
pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan
mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas
tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa
komitmen ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya
menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah
pembukaan.
Karakteristik siswa yang diharapkan oleh
peneliti adalah siswa disiplin dalam belajar, aktif, bersemangat, rajin
mengerjakan tugas, berani, teliti dalam bekerja, tekun, bertanggung jawab,
percaya diri dan mau bekerja sama dengan orang lain.Penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga
hasil belajar peserta didik meningkat.
2. Kerangka Berfikir
Adapun kerangka berfikir dalam laporan ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
3. Hipotesis tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah: Metode Make A Match
dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PKN
di kelas V SD N 24 Setiang.
III.PELAKSANAAN
PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subje, Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Subjek dan Tempat Penelitian.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini
dilaksanakan di SD N 24 Setiang, Kecamatan Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan
Singingi, Kelas V,Semester 2 Tahun ajaran 2014/2015 Dengan jumlah peserta didik
10 orang, peserta didik laki-laki 5
orang dan peserta didik perempuan 5 orang.Dalam melaksanakn penelitian
perbaikan pembelajaran, peneliti di bantu oleh supervisor, Kepala Sekolah dan
guru pembimbing. perbaikan ini di
khususkan pada mata pelajaran PKN.
2.
Waktu
Penelitia
Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April 2015, dengan jadwal penelitiannya sebagai berikut
NO
|
Hari
/tanggal
|
Jam ke
|
ket
|
1
|
Rabu /8 April 2015
|
1,2
|
|
2
|
Rabu
/15 April 2015
|
1,2
|
|
3
|
Rabu /22 April 2015
|
1,2
|
|
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajara
1.
Jenis Penelitian
penelitian
tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
keprofesionalannya dan memperbaiki kualitas pembelajaran dengan melakukan
perubahan-perubahan secara terencana dengan berkolaborasi.
2.
Materi
Ajar
Materi ajar disesuaikan dengan
kurikulum yang dianut di sekolah yaitu kurikulum 2006 yang di terapkan dengan
Pendekatan Saintifik [mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan] di SD N 24 Setiang
dengan materi pelajaran mengidentifikasi tujuan, anggota, struktur, dan tata tertib berbagai organisasi di
sekolah dan masyarakat.
3.
Lama Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus yaitu pra siklus,
siklus I, siklus II,dan silus III. Setiap kali pertemuan proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran make a match.
4.
Alat Pengumpulan
Data
Penelitian ini menggunakan lembar observasi sebagai alat pengumpul data
yang di
isi oleh
supervisor selama pembelajaran berlangsung.
5.
Langkah-langkah
Penelitian
Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran make a match. Setiap siklus secara garis besar dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan
berbagai persiapan awal, yaitu :
a.
Menyusun jadwal
kegiatan pembelajaran di Kelas.
b.
Mengambil tema, sub tema dalam buku
panduan sesuai sekolah
c.
Membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d.
Merancang kegiatan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran make a match.
e.
Membagi peserta
didik dalam kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 4 atau 5 orang
f.
Masing-masing
kelompok berembuk untuk menentukan siapa yang menjadi ketua kelompok dan
moderator
g.
Guru dan siswa
membuat kesepakatan hukuman yang akan digunakan, sebelum kartu soal dan kartu
jawaban dibagikan
2.
Tahap Pelaksanaan Tindakan
a.
Peserta didik dikondisikan untuk mengikuti model pembelajaran make a match.
b.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
c.
Setiap peserta didik mendapatkan sebuah
kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
d.
Tiap peserta didik memikirkan
jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
e.
Setiap peserta didik mencari pasangan
kartu yang cocok dengan kartunya.
f.
Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
g.
Pada saat kegiatan yang dilakukan
peserta didik guru memantau dan membimbing peserta didik. Jika peserta didik
tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati
bersama.
h.
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi
agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
i.
Peserta didik juga bisa bergabung dengan
2 atau 3 peserta didik lainnya yang memegang kartu yang cocok.
j.
Guru bersama-sama dengan peserta didik
membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
3.
Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan pada saat kegiatan sedang
berlangsung. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan lembar observasi mengenai aktivitas belajar PKN peserta didik dan lembar
observasi kegiatan guru dengan masing-masing menerapkan model pembelajaran make a match. Lembar observasi siswa
berisi aktivitas belajar yang meliputi :
1.
Peserta didik bertanya saat proses
pembelajaran,
2.
Peserta didik menjawab pertanyaan saat
diskusi
3.
Peserta didik mengantuk saat belajar
4.
Peserta didik berbicara tentang masalah
lain saat kerja kelompok atau saat diskusi kelas
5.
Peserta didik asik bermain saat Peserta
didik lain belajar
6.
Peserta didik diam saja saat proses
belajar sedang berlangsung
7.
Peserta didik mengganggu teman saat
proses belajar berlangsung
8.
Peserta didik tidak konsentrasi saat
proses belajar berlangsung
4.
Tahap Refleksi
Hasil analisis dan refleksi terhadap tidakan I ini
menjadi bahan pelaksanaan tindakan berikutnya. Berikutnya dilanjutkan dengan
pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan bertitik tolak pada hasil refleksi
pada siklus I. Berikutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus III dengan bertitik tolak pada hasil refleksi pada siklus II Kemudian menganalisis dan melakukan refleksi keseluruhan
tindakan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran make a match.
5.
Instrumen Penelitian
Untuk menganalisis hasil belajar peserta didik , menganalisis
hasil observasi penerapan model pembelajaran make a match
di
buat Instrumen pengumpulan data dalam penelitian
ini terdiri dari :
1. Observasi
Memperoleh
informasi bagaimana pembelajaran pkn dengan menerapkan model
pembelajaran make a match. Observasi
meliputi bagaimana pelaksanaan aktivitas belajar peserta didik.
Format observasi terdiri dari 4 aspek
yang dapat di lihat pada tabel di bawah ini
2. Tes
Tes
yang diberikan berupa tes tiap akhir
siklus, dalam penyususnan tes peneliti mengkonsultasikan dengan
supervisor, tes
bertujuan untuk melihat hasil belajar Peserta
didik pada aspek kognitif, Tes dan kuis tersebut terdiri dari soal-soal dalam
bentuk essay.
C. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang
dipergunakan adalah penyajian data, penarikan simpulan, serta verifikasi
refleksi.
1.
Penyajian Data
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam
berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat
gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam
paparan data.
2.
Penarikan simpulan, verifikasi, dan
refleksi
Penarikan
simpulan dilakukan terhadap temuan peneliti berupa indikator-indikator yang
selanjutnya dilakukan refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil
simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana
tindakan berikutnya. Adapun tes hasil belajar peserta didik diolah untuk mengukur ketuntasan dalam
belajar PKN.
3. Ketrampilan memecahkan maslah dalam PKN.
Ketrampilan
memecahkan masalah atau problem solving skill dalam PKN merupakan ketrampilan
yang sangat penting yang di miliki siswa. Masalah dalam PKN adalah soal soal
yang cara penyelesaiannya belum kita ketahui. Menurut polya tokoh dalam PKN (
tokoh problem solving skill) ada 4 tahapan dalam pemecahan masalah:
1)
Memahami masalah ( Menyampaikan kembali
permasalahan, Menemukan fakta fakta
penting, menemukan permasalahan yang di tanyakan).
2)
Merencanakan penyelesaian
masalah(Menentukan permasalahan yang terjadi)
3)
Menyelesaikan masalah ( menemukan fakta
fakta yang di butuhkan, memilih dan menerapkan setrategi yang sesuai,)
4)
Melakukan pengecekan kembali (
mengungkapkan kembali pertanyaan dari soal, memeriksa jawaban, mempertanyakan
apakah jawaban yang di hasilkan sudah
bagus, mencatat jawaban, menambahkan catatan penting)
Data
hasil belajar yang diperoleh dikatakan meningkat apabila hasil belajar yang
diperoleh dari siklus kedua lebih tinggi dari hasil belajar siklus pertama.
Dimana pada penelitian ini peneliti menggunakan hasil tes latihan sebagai titik
awal untuk melihat peningkatan pada hasil belajar peserta didik.
Untuk
melihat kecenderungan aktivitas siswa belajar, data yang terkumpul pada lembar
pengamatan di analisis dengan cara menghitung prosentase aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus teknik priporsi (Sudjana,1996) yaitu:
K = [ A / N ] x 100 %
Dengan K = Persentase Siswa Yang Aktif dalam setiap
aktifitas
A = Jumlah siswa yang melakukan aktifitas
N = Jumlah total siswa
IV.HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
hasil penelitian perbaikan pembelajaran
1. Peningkatan Motivasi Belajar Peserta
Didik
Peningkatan motivasi belajar peserta
didik (berdasarkan kesungguhan, keaktifan dan keberanian peserta didik dalam
pembelajaran) pada mata pelajaran
PKN dapat dilihat pada grafik berikut :
Tabel
Hasil peningkatan
pengamatan motivasi Belajar Peserta Didik dari 3 Siklus Pembelajaran
Peningkatan motivasi Belajar Peserta Didik dari 3 Siklus
Pembelajaran dapat di lihat pada grafik
Grafik Grafik motivasi belajar peserta
didik pada mata pelajaran PKN
a. Siklus I
Temuan-temuan
pada siklus I motivasi peserta didik sudah ada peningkatan akan tetapi belum
maksimal yang terlihat dari:
1.
Peserta didik kurang sungguh-sungguh.
2.
Peserta didik kurang aktif.
3.
Peserta didik sudah ada yang berani
bertanya meskipun belum semuanya.
Pada siklus I akan dilakukan perbaikan
atas motivasi belajar peserta didik yang masih rendah pada siklus I, maka
persentase keberanian peserta didik pada siklus I ini adalah 6 orang anak (60% ), keaktifan peserta didik
7 orang anak (70% ), semangat belajar peserta didik 6 orang anak (60%), dan
kemampuan bertanya peserta didik 6 orang anak (60% ). Persentase motivasi
belajar peserta didik pada siklus I ini masih belum maksimal sehingga perlu
diadakan perbaikan pada siklus II
b. Siklus II
Temuan-temuan
pada siklus II motivasi peserta didik sudah ada peningkatan akan tetapi belum
maksimal yang terlihat dari:
1.
Peserta didik mulai sungguh-sungguh.
2.
Peserta didik mulai aktif.
3.
Peserta didik sudah ada yang berani
bertanya meskipun belum semuanya.
Pada siklus I akan dilakukan perbaikan
atas motivasi belajar peserta didik yang masih rendah pada siklus I, maka
persentase keberanian peserta didik pada siklus I ini adalah 6 orang anak (80% ), keaktifan peserta didik
7 orang anak (80% ), semangat belajar peserta didik 6 orang anak (80%), dan
kemampuan bertanya peserta didik 6 orang anak (80% ). Persentase motivasi
belajar peserta didik pada siklus II ini masih belum maksimal sehingga perlu
diadakan perbaikan pada siklus III
c.
Siklus
III
Temuan-temuan pada siklus III motivasi
peserta didik sudah meningkat dan telah sesuai dengan harapan peneliti yang
dapat terlihat dari:
Setelah pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan Rencana Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran, motivasi belajar peserta
didik mengalami peningkatan dan mencapai persentase sebagai berikut:
1. Keberanian
Pada
Siklus I naik menjadi 6 orang anak
(60%)
Pada
siklus II mencapai 8 orang anak (80%).
Pada
siklus III mencapai 9 orang anak (90%).
2. Keaktifan
Pada
iklus I naik menjadi 7 orang anak (70%)
Pada
siklus II mencapai persentase 8 orang
anak (80% ).
Pada
siklus III mencapai 9 orang anak (90%).
3. Semangat Belajar
Pada
Siklus I naik menjadi 6 orang anak (60%)
pada
siklus II mencapai persentase menjadi 80%
(8 orang anak ).
Pada
siklus III mencapai 9 orang anak (90%).
4. Kemampuan Brtanya
Pada
iklus I naik menjadi 6 orang anak (60% )
pada
siklus II mencapai persentase 8 orang anak (80%).
Pada
siklus III mencapai 9 orang anak (90%).
Persentase kenaikan motivasi belajar
peserta didik pada siklus III telah sesuai dengan harapan peneliti.
d. Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Peningkatan hasil belajar peserta didik
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
Daftar Nilai Mata Pelajaran PKN
Berdasarkan hasil perolehan nilai di atas, dapat dilihat
perbandingan nilai peserta didik pada setiap siklus sebagai berikut
Tabel Kalkulasi rentang nilai siswa dari pra
siklus sampai dengan siklus III
Berdasarkan
tabel diatas nilai rata-rata mata pelajaran PKN mengalami kenaikan setiap
siklus. Pada pra siklus nilai
rata-rata 70 naik menjadi 90 sampai 70 pada siklus I, pada siklus II naik menjadi 80. dan pada siklus III naik menjadi 90 Nilai rata-rata pada siklus
III sudah memenuhi apa yang diharapkan peneliti. Begitu juga kalkulasi
penguasaan materi terlihat pada table 2 dimana, 9 orang peserta didik saja yang
mampu menguasai materi dengan kategori tuntas. Hal ini disebabkan peserta didik
belum termotivasi dalam menerima pelajaran dan guru juga belum mampu menerapkan
metode yang tepat dalam pembelajaran. maka dari itu guru perlu melakukan
perbaikan pada siklus I.
Pada
siklus I penguasaan materi peserta didik mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, dimana dari 10 orang peserta didik hanya 3 orang peserta didik yang belum tuntas, dan 7
orang diantaranya bernilai sangat baik. Pada siklus I ini peserta didik sudah
mulai termotivasi dalam menerima pelajaran, walaupun tingkat penguasaan materi
peserta didik sudah cukup bagus namun masih perlu perbaikan pembelajaran pada
siklus II dan siklus III nanti.
Pada
siklus II tingkat penguasaan materi peserta didik sudah sangat bagus, dimana
dari 10 orang peserta didik yang belum mampu menguasai materi tidak ada lagi,
dan ini berarti 10 orang peserta didik mampu mengusai materi dengan kategori
penilaian 8 orang peserta didik bernilai sedang, dan 2 orang peserta didik
bernilai sangat baik. Karena pada siklus II ini guru sudah mampu dengan baik
menerapkan metode Make A Match
sehingga peserta didik termotivasi dalam menerima pelajaran dan suasana
kelaspun menjadi hidup.
Pada
siklus III tingkat penguasaan materi peserta didik sudah sangat bagus, dimana
dari 10 orang peserta didik yang belum mampu menguasai materi tidak ada lagi,
dan ini berarti 10 orang peserta didik mampu mengusai materi dengan kategori
penilaian 1 orang peserta didik bernilai sedang, dan 9 orang peserta didik
bernilai sangat baik. Karena pada siklus III ini guru sudah mampu dengan baik
menerapkan metode Make A Match
sehingga peserta didik termotivasi dalam menerima pelajaran dan suasana
kelaspun menjadi hidup
Berdasar
nilai masing-masing peserta didik maka persentase ketuntasan mata pelajaran PKN dengan KKM 60 dapat
dilihat pada grafik berikut :
Grafik
Persentase ketuntasan mata pelajaran PKN
Persentase ketuntasan peserta didik juga naik setiap siklus, pada pra siklus persentase ketuntasan adalah 40% ,pada siklus
I naik menjadi 70% dan di siklus II naik menjadi 80%. dan di siklus III naik
menjadi 90%.Ini sudah sesuai dengan harapan peneliti
2.
Pembahasan
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui peningkatan Motivasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri 024
Setiang, jika dalam pembelajaran diterapkan metode
make a macth. Penelitian ini dilakukan karena metode ceramah, Tanya jawab, dan penugasan yang selama ini penulis
terapkan di sekolah SD Negeri 024 Setiang dalam pembelajaran PKN membuat
peserta didik merasa bosan dan kurang termotivasi untuk belajar sehingga
motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PKN menjadi rendah
Berdasarkan hasil pengolahan data dalam
perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan mulai terlihat peningkatan hasilnya.
Hal ini terlihat dari:
1.
Hasil pencapaian peserta didik dalam
mata pelajaran PKN dari pra siklus, sudah mulai meningkat pada siklus I,pada
siklus II ,dan siklus III hasil yang dicapai peserta didik sudah 100% peserta didik sudah dalam kategori
tuntas.
2.
Hampir semua peserta didik telah berani
menjawab pertanyaan bahkan ada yang rajin/aktif bertanya.
3.
Jawaban yang diberikan oleh peserta
didikpun telah sesuai dengan harapan.
Perbaikan yang terjadi dalam
pembelajaran yaitu, tentang kelemahan peserta didik terhadap penguasaan konsep Menjelaskan
tujuan, anggota, struktur, dan tata tertib berbagai organisasi di sekolah dan
masyarakat
Dan rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran sehingga
peserta didik tidak mampu menyelesaikan tugas dan menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan baik dan sempurna.
Dengan demikian penulis menyadari
kekurangan yaitu, tentang krteria yang
diutamakan:
1.
Kriteria penjelasan.
Kreteria
penjelasan yaitu, informasi harus jelas dengan bahasa yang komunikatif harus
bisa ditanggapi oleh peserta didik.
2.
Kriteria penguasaan kelas.
Kriteria
penguasaan kelas adalah guru harus mampu menguasai kelas sepenuhnya dan
memotivasi agar peserta didik terfokus pada materi serta tidak terpengaruh oleh
gangguan luar.
3.
Kriteri membimbing peserta didik
Kriteri
membimbing peserta didik yaitu, selama proses pembelajaran guru harus menjadi
fasilitator dan motivator terhadap kebutuhan peserta didik.
4.
Kriteria tujuan yang dicapai
Kriteria
tujuan yang dicapai yaitu, informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan
yang kehendaki.
Upaya yang dilakukan agar tercapai hasil
yang maksimal guru haruslah menanamkan konsep dengan melakukan berbagai metode
dan pendkatan agar peserta didik dapat memahami serta menyelesaikan tugas dan
soal-soal dengan tepat.
Amiroh dalam ( Trianto, 2010: 15 ) salah
satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan peserta didik
serta menjadikan suasana belajar yang menyenangkan adalah model pembelajaran
Make A Match. Karena dalam model pembelajaran Make A Match siswa akan terlatih
untuk bekerjasama dan saling berbagi serta suasana kelas akan menjadi lebih
hidup, sebab peserta didik akan mencari pasangan dari jawaban soal-soal yang
berikan pada kartu soal.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat
pada mata pelajaran PKN akan dapat mengaktifkan peserta didik, sehingga peserta
didik tidak lagi menganggap bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata
pelajaran yang membosankan dan menakutkan.
V.SIMPULAN
DAN SARAN TINDAK LANJUT
1. Simpulan
Kesimpulan
berisikan jawaban dari rumusan masalah.
Dari hasil perbaikan pembelajaran diselenggarakan
seperti yang telah diuraikan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan:
1.
Model pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi belajar Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas V SD
Negeri 024 Setiang “
2.
Keaktifan belajar,
semangat belajar dan kemampuan bertanya peserta didik dalam belajar sehingga
meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah metode kooperatif model pembelajaran make a match yaitu, model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk bekerjasama dengan peserta didik lain dalam
menemukan kartu jawaban maupun soal yang dipegang pasangannya dengan batas
waktu tertentu secara cepat dan tepat.
1.
Dengan metode
kooperatif model pembelajaran make a
match dalam pembelajaran khususnya mata PKN peserta didik lebih termotivasi, sehingga suasana belajar menjadi hidup dan
menyenangkan.KENAPA
2.
Saran Tindak Lanjut
Dari kesimpulan di atas,
hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan motivasi, Dari
pengalaman dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK ) perlu diadakan perbaikan, agar secara berkesinambungan Guru harus
menguasai materi pembelajaran.
1.
Guru hendaknya
menggunakan metode yang bervariasi yang relevan dengan materi pembelajaran
dan menentukan metode pembelajarn yang tepat
dan sesuai dengan materi pelajaran serta menguasai materi pelajaran.
2.
Penyampaian materi
pelajaran harus bermakna dan menyenangkan.
3.
Guru hendaklah
memakai alat peraga yang sesuai dengan materi.
4.
Peneliti
selaku mahasiswa, untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya
bermanfaat setelah peneliti turun ke lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Rita Dewi. 2010.Penerapan
Model Pembelajara Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas
III SDN Bareng 5 Kota Malang(online).(http://library.um.ac.id/free-contents/index.
php/pub/detail/penerapan-model-pembelajaran-make-a-match-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-pkn-siswa-kelas-iii-sdn-bareng-5-kota-malang-rita-dwi-anggraini-48365.html).(diakses,15
November 2014)
Sanjaya, Wina, Kurikulum
Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), ( Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010 ), Cet ke-3
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, (
Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 ), Cet ke 7
Tarmizi.2008. Pembelajaran Kooperatif(online).(http://tarmizi.wordpress.com/
2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/
Hermawan
Heri. 2007. Pengembangan Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta:
Universitas
Terbuka
Wardani,IGAK.2013.PenelitianTindakan Kelas.Tangerang
Selatan:
Universitas
Terbuka.
Sudirman
N,1992. Metode Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Suciati,Dr.dkk.
2004. Belajar & Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, ( Jakarta: Bumi
Aksara, 2010 ), Cet ke 6
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif-Progresif Konsep Landasan dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), ( Jakarta: Kencana Prenada
media Group, 2010 ), Cet ke-3
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/24/