Thursday, July 23, 2015

contoh cover



LAPORAN
PERBAIKAN PEMBELAJARAN
JUDUL :
UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MENERAPKAN MODEL MAKE-A MATCH PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD NEGERI  24 SETIANG

BIDANG STUDI : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
       MATA KULIAH : PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
(PKP)
KODE MATA KULIAH : PDGK 4501
MASA REGISTRASI  : 2015.1









OLEH :
MOCH IMAM AZAZI
NIM: 822928818
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
POKJAR  SITIUNG
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
UNIVERSITAS  TERBUKA (UT)
UPBJJ 14 PADANG
2015







 











LAMPIRAN

contoh karil pkn



PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE-A MATCH UNTUK  MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS V SD NEGERI  024 SETIANG.

OLEH
MOCH IMAM AZAZI
NIM. 822928818

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
POKJAR  SITIUNG
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
UNIVERSITAS  TERBUKA (UT)
UPBJJ 14 PADANG
2015

ABSTRAK
Rendahnya motivasi belajar peserta didik disebabkan karena guru  dalam menyampaikan materi pelajaran tidak menggunakan metode yang variatif. sehingga kurang menarik perhatian peserta didik. Untuk itu di lakukan penelitian Tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan  penerapan kurikulum 2006 melalui pendekatan Saintifik [mengamati, menanya, mencoba, menalar dan  mengkomunikasikan]. Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan cara meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas V SD N 024 Setiang pada mata pelajaran pkn dengan topik organisasi melalui penerapan model pembelajaran make-A match.
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada tanggal 08 April sampai dengan 22 April 2015 di SD N 024 Setiang. Dari hasil penelitian di temukan bahwa hasil penggunaan metode make a macth dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran PKN Kelas V SD Negeri 024 Setiang. Hal ini dapat di lihat pada persentase motivasi belajar peserta didik pra siklus sangat kurang,yaitu hanya sebesar 50%, namun pada siklus I persentase motivasi belajar peserta didik menunjukkan peningkatan menjadi 70%, kemudian pada siklus II persentase motivasi belajar peserta didik meningkat mencapai 80%. kemudian pada siklus III persentase motivasi belajar peserta didik meningkat mencapai 90%.
                                                          
Kata kunci:  Motivasi belajar, Model make a match, Saintifik [mengamati, menanya, mencoba, menalar dan  mengkomunikasikan].

BAB I
PENDAHULUAN
A.             Latar Belakang Masalah
                            Menurut UU No.12 th. 2006.Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49), adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD RI 1945.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga negara yang baik, sehingga mampu hidup bersama-sama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga Negara.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).
Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya :
1. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetisi sesuai tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
2. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan dan pengetahuan.
3. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi, pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skill, kewirausahaan), belum terakomodasi didalam kurikulum.
4.Kurikulum belum peka dan tanggapan terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.
5. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pengajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
6. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis pada kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berskala.
 7. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
                            Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-buku pelajaran, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran, sehingga peserta didik termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran khususnya pelajaran PKN.
                             waktu pembelajaran berlangsung penulis menemukan hampir semua siswa kurang bersemangat dalam belajar, dan setelah di lakukan ulangan di akhir pertemuan ternyata hasilnya jauh di bawah yang di harapkan. sewaktu melakukan refleksi penulis menyimpulkan motovasi untuk belakar pkn sangat rendah
·         Persentase keberanian peserta didik 1 orang anak (30%),
·         Keaktifan peserta didik  3 orang anak (30% ),
·          Semangat belajar  peserta didik  4 orang anak (40% ),
·         Dan kemampuan bertanya peserta didik   2 orang anak (20% ).
                             Rendahnya motivasi dan hasil belajar peserta didik tersebut salah satunya disebabkan
1.       Karena guru  dalam menyampaikan materi pelajaran tidak menggunakan metode yang variatif  sehingga kurang menarik perhatian peserta didik.
2.       Pendekatan pembelajaran masih  berpusat kepada guru, Guru kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh) kreatif, objektif, dan logis.
                            Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu pendidikan adalah peranan kemampuan guru. Dimana guru secara garis besar menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran.
Oleh sebab itu salah satu langkah yang dilakukan seorang guru sebagai pembimbing peserta didik terutama dalam mata pelajaran PKN adalah dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun situasi dan kondisi pembelajaran saat itu. Pada penelitian ini peneliti mencoba menggunakan metode kooperatif model pembelajaran make a match.
Menurut pandangan Zamroni dalam Murtadho:Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yangbertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berfikir kritis danbertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran bahwademokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjaminhak warga masyarakat.Tujuan dari pembelajaran PKnSD adalah untuk menjadikan warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar akan hak dankewajibannya. Dengan demikian, diharapkan kelak dapat menjadi bangsa yangterampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti kemajuanteknologi modern.Pendidikan kewarganegaraan memberikan pengetahuan kepada kitauntuk bagaimana mengerti tentang negara kita. Pendidikan kewarganegaraanberdasarkan undang-undang merupakan pendidikan yang wajib dilaksanakanoleh setiap pelajar. Akan tetapi meskipun pelajaran ini sudah dianggap wajib,masih juga banyakpeserta didikyang malas untuk mempelajarinya.Karenapelajaran ini dianggapmereka sangat membosankan untuk dipelajari. Jadi guru harus mampu membangkitkan minat belajar peserta didik agarmereka tertarik untuk mempelajari pendidikan kewarganegaraan
Lorna Curran yang diterapkan peneliti dalam penelitian ini. Model pembelajaranmake a match ini mengajak peserta didik untuk mencarijawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Denganmenggunakan model pembelajaranmake a match(mencari pasangan)ini,diharapkan dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa jenuh dan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa
                                Menurut Ibrahim (2000 : 2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi : saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi                             proses kelompok (Lie,2003:30).
                            Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
                            Setelah dilakukan penelitian di kelas V SD Negeri  024 Setiang, ternyata masih banyak siswa yang pasif dalam belajar, tidak bersemangat, siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan sehingga hasil belajar yang diperoleh juga rendah.
                            Melalui diskusi dengan supervisor, penulis mengindentifikasi masalah dan kekurangan dalam proses pembelajaran PKN yaitu: Rendahnya motivasi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran PKN karena metode pembelajaran tidak sesuai dengan materi, sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PKN kelas V SD Negeri  024 Setiang.
                            Mengacu pada latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka seharusnya Metode Pembelajaran yang digunakan guru harus sesuai dengan materi sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.


B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1.      Apakah Model Make-A Match dapat meningkatkan motivasi belajar Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas V SD Negeri  024 Setiang “
2.      Bagaimana  penerapan  Model Make-A Match dapat meningkatkan motivasi belajar Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas V SD Negeri  024 Setiang “ untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik  kelas V SD N 024 Setiang pada mata pelajaran PKN dengan topik Memahami kebebasan berorganisasi  .
Dari uraian dari diatas, maka penelitian mencoba melakukan penelitian tindakan kelas  (PTK) yang berjudul “ Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Dengan Menerapkan Model Make-A Match Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas V SD Negeri  024 Setiang “
C.      Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Dari rumusan masalah yang telah dibahas Maka, Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan cara meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas V SD N 24 Setiang pada mata pelajaran PKN dengan topik Memahami kebebasan berorganisasi melalui penerapan model pembelajaran make-A match

D.      Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.     Bagi Peserta Didik
Meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan peserta didik sehingga peserta didik dapat menyelesaikan evaluasi yang diberikan pada akhir pembelajaran, dan Pelajaran PKN menjadi salah satu pelajaran yang sangat digemari, sehingga hasil yang peroleh memuaskan.
2.     Bagi Guru
a.     Bagi guru sebagai masukan dan pemahaman dalam pelaksanaan pembelajaran PKN dengan model make a match dan guru diharapkan menerapkan dalam pembelajaran.
b.     Mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi dikelas sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat memperbaiki mutu kinerja guru secara berkesinambungan.
c.     Meningkatkan keprofesionalan guru dalam menghadapi permasalahan yang nyata dalam proses pembelajaran di kelas. Khususnya dalam pembelajaran PKN
d.     Untuk mengetahui model pembelajaran apa yang cocok dilakukan oleh guru di kelas.

3.     Bagi Sekolah
a.       Bagi sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah pada mata pelajaran PKN
b.       Menjadi solusi dari kendala belajar pada bidang-bidang pendidikan lainnya.
c.        Membantu  tanggung jawab sekolah dalam memperlancar  pelaksanaan kurikulum pendidikan di sekolah.
d.       Agar tercapainya tujuan pembelajaran serta tujuan sekolah yang berkualitas serta untuk Meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tersebut
e.        Suasana belajar lebih hidup di kelas V SD Negeri  24 Setiang sehingga mutu sekolah tersebut dapat berkembangan




II. KAJIAN PUSTAKA
1.       Kajian Teori
a.       Hakikat Pembelajaran PKN
Pembelajaran PKN adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan PKN yang dipelajari.  Strategi satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran PKN, yang sesuai dengan :
1.       Topik yang sedang dibicarakan
2.       Tingkat perkembangan intelektual peserta didik
3.       Prinsip dan teori belajar
4.       Keterlibatan aktif peserta didik
5.       Keterkaitan dengan kehidupan peserta didik sehari-hari
6.       Pengembangan dan pemahaman penalaran .
Beberapa strategi pembelajaran pkn yang dianggap sesuai pada saat ini adalah :
1.       Pemecahan masalah
Masalah dibuat agar siswa bisa tertantang untuk menyelesaikan masalah. Ada beberapa manfaat pemecahan masalah untuk siswa yaitu : kreatif dalam berfikir, krisis dalam menganalisis data dan mandiri dalam bertindak dan bekerja.
2.       Penyelidikan matematis
Penyelidikan tentang masalah yang dapat dikembangkan menjadi model matematika yang berpusat pada tema tertentu.
3.       Penemuan terbimbing
Guru membimbing siswa – siswanya dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa menemukan sesuatu.
4.       Contektual Learning
Pengelolaan suasana belajar yang mengaitkan bahan pelajaran dengan situasi atau kehidupan sehari-hari

Lickona menggaris bawahi pemikiran Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan karakter/watak anak dapat dilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral(moral knowing), sikap moral(moral feeling), dan prilaku moral(moral behavior). Dengan demikian, hasil pembentukan sikap karekter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral.
Pemikiran Lickona ini mengupayakan dapat digunakan untuk membentuk watak anak, agar dapat memiliki karater demokrasi. Oleh karena itu, materi tersebut harus menyentuh tiga aspek teori (Lickona), seperti berikut :
Konsep moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral (moral awarness), pengetahuan nilai moral (knowing moral value), pandangan ke depan (perspective talking), penalaran moral (reasoning), pengambilan keputusan (decision making), dan pengetahuan diri (self knowledge).
Sikap moral (moral feeling) mencakup kata hati (conscience), rasa percaya diri (self esteem), empati (emphaty), cinta kebaikan (loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (huminity).
Perilaku moral (moral behavior) mencakup kemampuan (compalance), kemauan (will) dan kebiasaan (habbit).
Teori Lickona (1992) ini cukup relevan untuk digunakan dalam pembentukan watak anak dan sesuai dengan karakteristik materi PKn. Sasaran pembelajaran PKn SD dapat dikaitkan dengan pola pikir Lickona tersebut. Dari sini dapat kita lihat hasilnya, tentang seberapa jauh perubahan watak atau karakter anak setelah mendapat materi PKn. Misalnya, bagaimana watak atau karakter anak yang terbentuk berkenaan dengan demokrasinya setelah ia menerima demokrasi tersebut.

Pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswa (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 43). Erman Suherman (2003: 8) mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Benny Susetyo, 2005: 167) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa dan pendidik adalah guru. Menurut Sugihartono (2007: 81), pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.

. Menurut Tim ICCE UIN Jakarta : “Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political participation serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional.”
Sejalan dengan itu, kompetensi yang diharapkan dari seorang lulusan SD/MI adalah kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret.. Peserta didik diajak mengikuti proses pembelajaran transdisipliner yang menempatkan kompetensi yang dibelajarkan dikaitkan dengan konteks peserta didik dan lingkungan.
Standar isi dan setandar  kopetensi lulusan 2006 menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan ktsp
1.       Motivasi Belajar
Banyak ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain Wahjosumidjo  mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berprilaku untuk tujuan yang telah ditetapkan, sementara itu. Siagian (1995) mengatakan motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari berbagai pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa motivasi adalah daya penggerak atau pendorong dalam diri seseorang sehingga ia mau berbuat, bekerja dan menggunakan segenap potensinya dalam bekerja untuk mancapai tujuan, Indrawijaya (1981) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah suatu dorongan dan energi penggarak sehingga menimbulkan semangat dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu Sergiovani yang dikutip Bafadal (1992) mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah keinginan dan kemampuan seseorang untuk mangambil keputusan, bertindak dan menggunakan seluruh kemampuan baik fisik, psikis dan sosial dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari pendapat-pendapat para ahli  diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan suatu dorongan dan energi penggerak, dalam diri seseorang siswa yang menimbulkan semangat untuk melakukan proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi belajar seseorang peserta didik sangatlah penting dalam belajar, supaya pembelajaran dapat berjalan lancar dan tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai sebagai mana yang diharapkan. Hal tersebut dikemukakan oleh Wahjosumidjo dalam (Wina Sanjaya, 2010:249-262) mengemukakan bahwa motivasi sangat mempengaruhi seseorang berprilaku dalam melaksanakan sesuatu dan mempertahankan kegiatan kearah tujuan yang telah ditetapkan.
                        1.     Fungsi Motivasi
Motifasi sangat diperlukan dalam kegiatan belajar agar kegiatan belajar pada diri siswa dapat bermanfaat dan berhasil, sehubungan dengan hal tersebut terdapat beberapa fungsi motifasi diantaranya :
1)         Motifasi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
2)         Motifasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan
3)         Motifasi dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan
4)         Motifasi berfungsi sebagai pendorong untuk usaha mencapai prestasi.
                        2.     Jenis Motivasi
Dilihat dari jenisnya motivasi terbagi kepada dua yaitu:
1)    Motivasi Instrinsik
yaitu motivasi yang muncul dari diri sendiri pada setiap individu, misalkan peserta didik ingin belajar karena keinginannya menambah pengetahuan dan wawasannya sendiri.
2)    Motivasi Ekstrinsik
yaitu motivasi yang datang dari luar diri. Misalnya, peserta didik belajar dengan penuh semangat karena inin mendapatkan nilai yang bagus.
                        3.     Cara menumbuhkan motivfasi
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motifasi dalam kegiatan belajar disekolah yaitu diantaranya : memberi nilai, hadiah, saingan/ kompetisi, ego infolvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang diakui.
Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi peserta didik dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan peserta didik yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif.” Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara peserta didik serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan
                        4.     Pengertian Belajar
a)       Anita E Woolfolk (1993) belajar merupakan sebagai perubahan prilaku akibat dari suatu pengalaman tertentu
b)       Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975).”Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang - ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkahlaku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan -keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.”
b.       Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya  merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural,  yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.

c.        Tujuan ,manfaaat dan karakteristik penelitian tindakan kelas (ptk)
Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik dan perkembangan sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif peserta didik.
                Karakteristik siswa yang diharapkan oleh peneliti adalah siswa disiplin dalam belajar, aktif, bersemangat, rajin mengerjakan tugas, berani, teliti dalam bekerja, tekun, bertanggung jawab, percaya diri dan mau bekerja sama dengan orang lain.Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.
Penelitian tindakan kelas ini mempunyai manfaat, baik bagi guru, pembelajaran atau peserta didik, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi guru diantaranya untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran, guru dapat berkembang secara professional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang sedang dikelola, guru menjadi lebih percaya diri dan guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Bagi pembelajaran atau siswa, PTK bermanfaat untuk meningkatkan proses atau hasil belajar peserta didik, di samping guru yang melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para peserta didik dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan atau kemajuan pada diri guru dan pendidikan disekolah tersebut.
Ada beberapa karakteristik penelitian tindakan kelas, yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain. Karakteristik tersebut adalah:
1.       Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.
2.       Self-reflective inquiry, atau penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri.
3.       PTK dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berua perilaku guru dan peserta didik dalam melakukan interaksi.
4.       PTK bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan (Wardhani.IGAK.2013).

d.       Model Make-A Match
a.     Pengertian Model Make A Match
Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu peserta didik disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, peserta didik  yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Model pembelajaran make and match  adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Tujuan dari pembelajaran dengan model make and match adalah untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168). Siswa dilatih berpikir cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.

b.       Langkah-langkah penerapan model  Make a Match sebagai berikut:
1.       Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.        Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3.       Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4.       Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara”
5.       Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6.       Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7.       Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8.       Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9.       Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”

c.        Tujuan Pembelajaran Model Make A Match
1)       Menciptakan suasana belajar siswa aktif dan menyenangkan
2)       Memberikan materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian peserta didik.
3)       Meningkatkan hasil belajar peserta didik mencapai taraf ketuntasan belajar.
4)       Dapat memupuk kerjasama peserta didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan jawabannya.
d.       Kelebihan dan Kekurangan Metode Make A Match
Pembelajaran kooperatif metode make a match memiliki kelebihan di antaranya sebagai berikut:
1.       Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2.       Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3.       Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% .
4.       Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5.       Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6.       Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.

Di samping manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1.         Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2.         Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3.         Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4.         Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.

Karakteristik siswa yang diharapkan oleh peneliti adalah siswa disiplin dalam belajar, aktif, bersemangat, rajin mengerjakan tugas, berani, teliti dalam bekerja, tekun, bertanggung jawab, percaya diri dan mau bekerja sama dengan orang lain.Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar peserta didik meningkat.
2.       Kerangka Berfikir
Adapun kerangka berfikir dalam laporan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
3.       Hipotesis tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Metode Make A Match dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PKN di kelas V SD N 24 Setiang.




III.PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


A.      Subje, Tempat Dan Waktu Penelitian
1.       Subjek dan Tempat Penelitian.
 Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SD N 24 Setiang, Kecamatan Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Singingi, Kelas V,Semester 2 Tahun ajaran 2014/2015 Dengan jumlah peserta didik 10 orang, peserta didik laki-laki  5 orang dan peserta didik perempuan 5 orang.Dalam melaksanakn penelitian perbaikan pembelajaran, peneliti di bantu oleh supervisor, Kepala Sekolah dan guru pembimbing.  perbaikan ini di khususkan pada mata pelajaran PKN.

2.          Waktu Penelitia
Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015, dengan jadwal penelitiannya sebagai berikut
NO
Hari /tanggal
Jam ke
ket
1
 Rabu /8 April  2015
1,2

2
 Rabu  /15 April  2015
1,2

3
 Rabu /22 April 2015
1,2


B.      Desain Prosedur Perbaikan Pembelajara
1.        Jenis Penelitian
              penelitian tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan keprofesionalannya dan memperbaiki kualitas pembelajaran dengan melakukan perubahan-perubahan secara terencana dengan berkolaborasi.
2.       Materi Ajar
                Materi ajar disesuaikan dengan kurikulum yang dianut di sekolah yaitu kurikulum 2006 yang di terapkan dengan Pendekatan Saintifik [mengamati, menanya, mencoba, menalar dan  mengkomunikasikan] di SD N 24  Setiang  dengan materi pelajaran mengidentifikasi tujuan, anggota, struktur, dan tata tertib berbagai organisasi di sekolah dan masyarakat.
3.       Lama Tindakan
              Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus yaitu pra siklus, siklus I, siklus II,dan silus III. Setiap kali pertemuan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match.
4.        Alat Pengumpulan Data
                          Penelitian ini menggunakan lembar observasi sebagai alat pengumpul data yang di isi oleh  supervisor selama pembelajaran berlangsung.


5.      Langkah-langkah Penelitian
              Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran make a match. Setiap siklus secara garis besar dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.       Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan berbagai persiapan awal, yaitu :
a.       Menyusun jadwal kegiatan pembelajaran di Kelas.
b.       Mengambil tema, sub tema dalam buku panduan sesuai sekolah
c.        Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d.       Merancang kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran make a match.
e.        Membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang
f.        Masing-masing kelompok berembuk untuk menentukan siapa yang menjadi ketua kelompok dan moderator
g.        Guru dan siswa membuat kesepakatan hukuman yang akan digunakan, sebelum kartu soal dan kartu jawaban dibagikan

2.       Tahap Pelaksanaan Tindakan
a.       Peserta didik dikondisikan untuk mengikuti model pembelajaran make a match.
b.       Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
c.        Setiap peserta didik mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
d.       Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
e.        Setiap peserta didik mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
f.        Setiap peserta didik  yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
g.        Pada saat kegiatan yang dilakukan peserta didik guru memantau dan membimbing peserta didik. Jika peserta didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
h.       Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
i.         Peserta didik juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta didik lainnya yang memegang kartu yang cocok.
j.         Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
3.       Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan pada saat kegiatan sedang berlangsung.  Pada penelitian ini peneliti menggunakan lembar observasi mengenai aktivitas belajar PKN peserta didik dan lembar observasi kegiatan guru dengan masing-masing menerapkan model pembelajaran make a match. Lembar observasi siswa berisi aktivitas belajar yang meliputi : 
1.       Peserta didik bertanya saat proses pembelajaran,
2.       Peserta didik menjawab pertanyaan saat diskusi
3.       Peserta didik mengantuk saat belajar
4.       Peserta didik berbicara tentang masalah lain saat kerja kelompok atau saat diskusi kelas
5.       Peserta didik asik bermain saat Peserta didik lain belajar
6.       Peserta didik diam saja saat proses belajar sedang berlangsung
7.       Peserta didik mengganggu teman saat proses belajar berlangsung
8.       Peserta didik tidak konsentrasi saat proses belajar berlangsung
4.       Tahap Refleksi
Hasil analisis dan refleksi terhadap tidakan I ini menjadi bahan pelaksanaan tindakan berikutnya. Berikutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II dengan bertitik tolak pada hasil refleksi pada siklus I. Berikutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus III dengan bertitik tolak pada hasil refleksi pada siklus II Kemudian menganalisis dan melakukan refleksi keseluruhan tindakan pembelajaran dengan  menerapkan  model pembelajaran make a match.
5.       Instrumen Penelitian
Untuk menganalisis hasil belajar peserta didik , menganalisis hasil observasi penerapan model pembelajaran make a match di buat  Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari :
1.       Observasi
Memperoleh informasi bagaimana pembelajaran pkn dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Observasi  meliputi bagaimana pelaksanaan  aktivitas belajar peserta didik.
Format observasi terdiri dari 4 aspek yang dapat di lihat pada tabel di bawah ini

2.       Tes
Tes yang diberikan berupa  tes tiap akhir siklus, dalam penyususnan tes peneliti mengkonsultasikan dengan supervisor,  tes bertujuan untuk melihat hasil belajar Peserta  didik pada aspek kognitif, Tes dan kuis tersebut terdiri dari soal-soal dalam bentuk essay.

C.      Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan adalah penyajian data, penarikan simpulan, serta verifikasi refleksi.
1.       Penyajian Data
Data yang telah direduksi dan dikelompokkan dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data ini ditulis dalam paparan data.
2.       Penarikan simpulan, verifikasi, dan refleksi
                                Penarikan simpulan dilakukan terhadap temuan peneliti berupa indikator-indikator yang selanjutnya dilakukan refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. Adapun tes hasil belajar peserta didik diolah untuk mengukur ketuntasan dalam belajar PKN.
3.       Ketrampilan memecahkan maslah dalam PKN.
Ketrampilan memecahkan masalah atau problem solving skill dalam PKN merupakan ketrampilan yang sangat penting yang di miliki siswa. Masalah dalam PKN adalah soal soal yang cara penyelesaiannya belum kita ketahui. Menurut polya tokoh dalam PKN ( tokoh problem solving skill) ada 4 tahapan dalam pemecahan masalah:
1)       Memahami masalah ( Menyampaikan kembali permasalahan,  Menemukan fakta fakta penting, menemukan permasalahan yang di tanyakan).
2)       Merencanakan penyelesaian masalah(Menentukan permasalahan yang terjadi)
3)       Menyelesaikan masalah ( menemukan fakta fakta yang di butuhkan, memilih dan menerapkan setrategi yang sesuai,)
4)       Melakukan pengecekan kembali ( mengungkapkan kembali pertanyaan dari soal, memeriksa jawaban, mempertanyakan apakah jawaban  yang di hasilkan sudah bagus, mencatat jawaban, menambahkan catatan penting)
                                  Data hasil belajar yang diperoleh dikatakan meningkat apabila hasil belajar yang diperoleh dari siklus kedua lebih tinggi dari hasil belajar siklus pertama. Dimana pada penelitian ini peneliti menggunakan hasil tes latihan sebagai titik awal untuk melihat peningkatan pada hasil belajar peserta didik.
               Untuk melihat kecenderungan aktivitas siswa belajar, data yang terkumpul pada lembar pengamatan di analisis dengan cara menghitung prosentase aktivitas belajar  siswa dengan menggunakan rumus  teknik priporsi (Sudjana,1996) yaitu:
K = [ A / N ] x 100 %   
Dengan  K = Persentase Siswa Yang Aktif dalam setiap aktifitas
                           A = Jumlah siswa yang melakukan aktifitas
                           N = Jumlah total siswa
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.        Deskripsi hasil penelitian perbaikan pembelajaran
1.       Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik
Peningkatan motivasi belajar peserta didik (berdasarkan kesungguhan, keaktifan dan keberanian peserta didik dalam pembelajaran) pada mata pelajaran  PKN  dapat dilihat  pada grafik berikut :


Tabel ­
Hasil peningkatan pengamatan motivasi Belajar Peserta Didik dari 3 Siklus Pembelajaran


Peningkatan  motivasi Belajar Peserta Didik dari 3 Siklus Pembelajaran dapat di lihat pada grafik



Grafik Grafik motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PKN


a.       Siklus I
Temuan-temuan pada siklus I motivasi peserta didik sudah ada peningkatan akan tetapi belum maksimal yang terlihat dari:
1.       Peserta didik kurang sungguh-sungguh.
2.       Peserta didik kurang aktif.
3.       Peserta didik sudah ada yang berani bertanya meskipun belum semuanya.
Pada siklus I akan dilakukan perbaikan atas motivasi belajar peserta didik yang masih rendah pada siklus I, maka persentase keberanian peserta didik pada siklus I ini adalah  6 orang anak (60% ), keaktifan peserta didik 7 orang anak (70% ), semangat belajar peserta didik 6 orang anak (60%), dan kemampuan bertanya peserta didik 6 orang anak (60% ). Persentase motivasi belajar peserta didik pada siklus I ini masih belum maksimal sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus II
b.       Siklus II
Temuan-temuan pada siklus II motivasi peserta didik sudah ada peningkatan akan tetapi belum maksimal yang terlihat dari:
1.       Peserta didik mulai sungguh-sungguh.
2.       Peserta didik mulai aktif.
3.       Peserta didik sudah ada yang berani bertanya meskipun belum semuanya.
Pada siklus I akan dilakukan perbaikan atas motivasi belajar peserta didik yang masih rendah pada siklus I, maka persentase keberanian peserta didik pada siklus I ini adalah  6 orang anak (80% ), keaktifan peserta didik 7 orang anak (80% ), semangat belajar peserta didik 6 orang anak (80%), dan kemampuan bertanya peserta didik 6 orang anak (80% ). Persentase motivasi belajar peserta didik pada siklus II ini masih belum maksimal sehingga perlu diadakan perbaikan pada siklus III
c.        Siklus III
Temuan-temuan pada siklus III motivasi peserta didik sudah meningkat dan telah sesuai dengan harapan peneliti yang dapat terlihat dari:
Setelah pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Perbaikan Pelaksanaan Pembelajaran, motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan dan mencapai persentase sebagai berikut:
1.       Keberanian
Pada Siklus I naik menjadi  6 orang anak (60%) 
Pada siklus II mencapai  8 orang anak (80%).
Pada siklus III mencapai  9 orang anak (90%).
2.       Keaktifan
Pada iklus I naik menjadi  7 orang anak (70%)
Pada siklus II mencapai persentase  8 orang anak (80% ).
Pada siklus III mencapai  9 orang anak (90%).
3.     Semangat Belajar
Pada Siklus I naik menjadi  6 orang anak  (60%)
pada siklus II mencapai persentase menjadi 80%  (8 orang anak  ).
Pada siklus III mencapai  9 orang anak (90%).
4.     Kemampuan Brtanya
Pada iklus I naik menjadi  6 orang anak (60% )
pada siklus II mencapai persentase 8 orang anak (80%).
Pada siklus III mencapai  9 orang anak (90%).
Persentase kenaikan motivasi belajar peserta didik pada siklus III telah sesuai dengan harapan peneliti.
d.       Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel  Daftar Nilai Mata Pelajaran PKN


Berdasarkan  hasil perolehan nilai di atas, dapat dilihat perbandingan nilai peserta didik pada setiap siklus sebagai berikut
Tabel  Kalkulasi rentang nilai siswa dari pra siklus  sampai dengan siklus III
Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata mata pelajaran PKN mengalami kenaikan setiap siklus. Pada pra siklus  nilai rata-rata  70 naik menjadi 90 sampai 70  pada siklus I, pada siklus II  naik menjadi 80. dan pada siklus III  naik menjadi 90 Nilai rata-rata pada siklus III sudah memenuhi apa yang diharapkan peneliti. Begitu juga kalkulasi penguasaan materi terlihat pada table 2 dimana, 9 orang peserta didik saja yang mampu menguasai materi dengan kategori tuntas. Hal ini disebabkan peserta didik belum termotivasi dalam menerima pelajaran dan guru juga belum mampu menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran. maka dari itu guru perlu melakukan perbaikan pada siklus I.
Pada siklus I penguasaan materi peserta didik mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana dari 10 orang peserta didik hanya 3   orang peserta didik yang belum tuntas, dan 7 orang diantaranya bernilai sangat baik. Pada siklus I ini peserta didik sudah mulai termotivasi dalam menerima pelajaran, walaupun tingkat penguasaan materi peserta didik sudah cukup bagus namun masih perlu perbaikan pembelajaran pada siklus II dan siklus III nanti.
Pada siklus II tingkat penguasaan materi peserta didik sudah sangat bagus, dimana dari 10 orang peserta didik yang belum mampu menguasai materi tidak ada lagi, dan ini berarti 10 orang peserta didik mampu mengusai materi dengan kategori penilaian 8 orang peserta didik bernilai sedang, dan 2 orang peserta didik bernilai sangat baik. Karena pada siklus II ini guru sudah mampu dengan baik menerapkan metode Make A Match sehingga peserta didik termotivasi dalam menerima pelajaran dan suasana kelaspun menjadi hidup.
Pada siklus III tingkat penguasaan materi peserta didik sudah sangat bagus, dimana dari 10 orang peserta didik yang belum mampu menguasai materi tidak ada lagi, dan ini berarti 10 orang peserta didik mampu mengusai materi dengan kategori penilaian 1 orang peserta didik bernilai sedang, dan 9 orang peserta didik bernilai sangat baik. Karena pada siklus III ini guru sudah mampu dengan baik menerapkan metode Make A Match sehingga peserta didik termotivasi dalam menerima pelajaran dan suasana kelaspun menjadi hidup
Berdasar nilai  masing-masing peserta didik  maka persentase ketuntasan  mata pelajaran PKN dengan KKM 60 dapat dilihat pada grafik berikut :


Grafik Persentase ketuntasan mata pelajaran PKN

Persentase ketuntasan peserta didik  juga naik setiap siklus, pada pra siklus  persentase ketuntasan adalah 40% ,pada siklus I naik menjadi 70% dan di siklus II naik menjadi 80%. dan di siklus III naik menjadi 90%.Ini sudah sesuai dengan harapan peneliti
2.         Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan Motivasi belajar peserta didik kelas V SD Negeri 024 Setiang, jika dalam pembelajaran diterapkan metode make a macth. Penelitian ini dilakukan karena metode ceramah, Tanya  jawab, dan penugasan yang selama ini penulis terapkan di sekolah SD Negeri 024 Setiang dalam pembelajaran PKN membuat peserta didik merasa bosan dan kurang termotivasi untuk belajar sehingga motivasi belajar peserta didik terhadap mata pelajaran PKN menjadi rendah
Berdasarkan hasil pengolahan data dalam perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan mulai terlihat peningkatan hasilnya. Hal ini terlihat dari:
            1.            Hasil pencapaian peserta didik dalam mata pelajaran PKN dari pra siklus, sudah mulai meningkat pada siklus I,pada siklus II ,dan siklus III hasil yang dicapai peserta didik sudah  100% peserta didik sudah dalam kategori tuntas.
            2.            Hampir semua peserta didik telah berani menjawab pertanyaan bahkan ada yang rajin/aktif bertanya.
            3.            Jawaban yang diberikan oleh peserta didikpun telah sesuai dengan harapan.

Perbaikan yang terjadi dalam pembelajaran yaitu, tentang kelemahan peserta didik terhadap penguasaan konsep Menjelaskan tujuan, anggota, struktur, dan tata tertib berbagai organisasi di sekolah dan masyarakat Dan rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran sehingga peserta didik tidak mampu menyelesaikan tugas dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan baik dan sempurna.
Dengan demikian penulis menyadari kekurangan  yaitu, tentang krteria yang diutamakan:
1.         Kriteria penjelasan.
Kreteria penjelasan yaitu, informasi harus jelas dengan bahasa yang komunikatif harus bisa ditanggapi oleh peserta didik.
2.         Kriteria penguasaan kelas.
Kriteria penguasaan kelas adalah guru harus mampu menguasai kelas sepenuhnya dan memotivasi agar peserta didik terfokus pada materi serta tidak terpengaruh oleh gangguan luar.
3.         Kriteri membimbing peserta didik
Kriteri membimbing peserta didik yaitu, selama proses pembelajaran guru harus menjadi fasilitator dan motivator terhadap kebutuhan peserta didik.
4.         Kriteria tujuan yang dicapai
Kriteria tujuan yang dicapai yaitu, informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan yang kehendaki.
Upaya yang dilakukan agar tercapai hasil yang maksimal guru haruslah menanamkan konsep dengan melakukan berbagai metode dan pendkatan agar peserta didik dapat memahami serta menyelesaikan tugas dan soal-soal dengan tepat.
Amiroh dalam ( Trianto, 2010: 15 ) salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan peserta didik serta menjadikan suasana belajar yang menyenangkan adalah model pembelajaran Make A Match. Karena dalam model pembelajaran Make A Match siswa akan terlatih untuk bekerjasama dan saling berbagi serta suasana kelas akan menjadi lebih hidup, sebab peserta didik akan mencari pasangan dari jawaban soal-soal yang berikan pada kartu soal.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran PKN akan dapat mengaktifkan peserta didik, sehingga peserta didik tidak lagi menganggap bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan.

V.SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
1.       Simpulan
Kesimpulan berisikan jawaban dari rumusan masalah.
Dari hasil perbaikan pembelajaran diselenggarakan seperti yang telah diuraikan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan:
1.      Model pembelajaran make a match   dapat meningkatkan motivasi belajar  Belajar Peserta Didik   Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas V SD Negeri  024 Setiang “
2.      Keaktifan belajar, semangat belajar dan kemampuan bertanya peserta didik dalam belajar sehingga meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah metode kooperatif model pembelajaran make a match yaitu, model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan peserta didik lain dalam menemukan kartu jawaban maupun soal yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu secara cepat dan tepat.
1.       Dengan metode kooperatif model pembelajaran make a match dalam pembelajaran khususnya mata PKN peserta didik lebih termotivasi,  sehingga suasana belajar menjadi hidup dan menyenangkan.KENAPA

2.       Saran Tindak Lanjut
       Dari kesimpulan di atas, hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan motivasi, Dari pengalaman dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) perlu diadakan perbaikan, agar secara berkesinambungan Guru harus menguasai materi pembelajaran.
1.       Guru hendaknya menggunakan metode yang bervariasi yang relevan dengan materi pembelajaran dan  menentukan metode pembelajarn yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran serta menguasai materi pelajaran.
2.       Penyampaian materi pelajaran harus bermakna dan menyenangkan.
3.       Guru hendaklah memakai alat peraga yang sesuai dengan materi.
4.       Peneliti selaku mahasiswa, untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya bermanfaat setelah peneliti turun ke lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Rita Dewi. 2010.Penerapan Model Pembelajara Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas III SDN Bareng 5 Kota Malang(online).(http://library.um.ac.id/free-contents/index. php/pub/detail/penerapan-model-pembelajaran-make-a-match-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-pkn-siswa-kelas-iii-sdn-bareng-5-kota-malang-rita-dwi-anggraini-48365.html).(diakses,15 November 2014)
Sanjaya, Wina, Kurikulum Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 ), Cet ke-3
                         Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,            ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 ), Cet ke 7
Tarmizi.2008. Pembelajaran Kooperatif(online).(http://tarmizi.wordpress.com/
2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/
Hermawan Heri. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
Wardani,IGAK.2013.PenelitianTindakan Kelas.Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Sudirman N,1992. Metode Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Suciati,Dr.dkk. 2004. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
B. Uno, Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2010 ), Cet ke 6
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran inovatif-Progresif Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan    ( KTSP ), ( Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2010 ), Cet ke-3

Anonim. 2013. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Tersedia dihttp://kamusbahasaindonesia.org/pendidikan/mirip. Diakses tanggal 12 September 2013.
Anonim. 2013. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli. Tersedia di 
http://eki-blogger.blogspot.com/2012/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html. Diakses tanggal 12 September 2013.
Anonim. 2013. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Tersedia di
http://pengertianpendidikan.com/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan. Diakses tanggal 12 September 2013.

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/24/