I
A.
Latar Belakang Masalah
Menurut UU No.12 th.
2006.Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49), adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara
Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila
dan UUD RI 1945.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga negara yang baik, sehingga mampu hidup bersama-sama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga Negara.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan yang membina para pelajar agar menjadi warga negara yang baik, sehingga mampu hidup bersama-sama dalam masyarakat, baik sebagai anggota keluarga, masyarakat, maupun sebagai warga Negara.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).
Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya :
1. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetisi sesuai
tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
2. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain
sikap, keterampilan dan pengetahuan.
3. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan
perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi, pembelajaran
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skill, kewirausahaan), belum
terakomodasi didalam kurikulum.
4.Kurikulum belum peka dan tanggapan terhadap perubahan
sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional maupun global.
5. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan
pengajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam
dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.
6. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian
berbasis pada kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut
adanya remediasi secara berskala.
7. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih
rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap,
melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau
perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar,
buku-buku pelajaran, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran,
sehingga peserta didik termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran
khususnya pelajaran PKN.
waktu pembelajaran berlangsung penulis
menemukan hampir semua siswa kurang bersemangat dalam belajar, dan setelah di
lakukan ulangan di akhir pertemuan ternyata hasilnya jauh di bawah yang di
harapkan. sewaktu melakukan refleksi penulis menyimpulkan motovasi untuk
belakar pkn sangat rendah
·
Persentase
keberanian peserta didik 1 orang anak (30%),
·
Keaktifan
peserta didik 3 orang anak (30% ),
·
Semangat
belajar peserta didik 4 orang anak (40% ),
·
Dan
kemampuan bertanya peserta didik 2 orang anak
(20% ).
Rendahnya motivasi dan hasil belajar peserta
didik tersebut salah satunya disebabkan
1.
Karena
guru dalam menyampaikan materi pelajaran tidak menggunakan metode yang variatif sehingga kurang menarik perhatian peserta didik.
2.
Pendekatan
pembelajaran masih berpusat kepada guru,
Guru kurang memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir
holistik (menyeluruh) kreatif, objektif, dan logis.
Salah
satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu pendidikan adalah peranan
kemampuan guru. Dimana guru secara garis besar menjadi pengelola
dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak
secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran.
Oleh sebab itu salah satu langkah yang dilakukan seorang
guru sebagai pembimbing peserta didik terutama dalam mata pelajaran PKN adalah
dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat, baik untuk materi ataupun
situasi dan kondisi pembelajaran saat itu. Pada penelitian ini peneliti mencoba
menggunakan metode kooperatif model
pembelajaran make a match.
Menurut pandangan Zamroni dalam Murtadho:Pendidikan
kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yangbertujuan untuk mempersiapkan
warga masyarakat berfikir kritis danbertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kesadaran bahwademokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang
paling menjaminhak warga masyarakat.Tujuan dari pembelajaran PKnSD adalah untuk
menjadikan warganegara yang baik, yaitu warganegara yang tahu, mau, dan sadar
akan hak dankewajibannya. Dengan demikian, diharapkan kelak dapat menjadi
bangsa yangterampil dan cerdas, dan bersikap baik sehingga mampu mengikuti kemajuanteknologi
modern.Pendidikan kewarganegaraan memberikan pengetahuan kepada kitauntuk
bagaimana mengerti tentang negara kita. Pendidikan kewarganegaraanberdasarkan
undang-undang merupakan pendidikan yang wajib dilaksanakanoleh setiap pelajar.
Akan tetapi meskipun pelajaran ini sudah dianggap wajib,masih juga
banyakpeserta didikyang malas untuk mempelajarinya.Karenapelajaran ini
dianggapmereka sangat membosankan untuk dipelajari. Jadi guru harus mampu
membangkitkan minat belajar peserta didik agarmereka tertarik untuk mempelajari
pendidikan kewarganegaraan
Lorna Curran yang diterapkan peneliti dalam penelitian
ini. Model pembelajaranmake a match ini mengajak peserta didik untuk
mencarijawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep
melalui suatu permainan kartu pasangan. Denganmenggunakan model
pembelajaranmake a match(mencari pasangan)ini,diharapkan dalam proses
pembelajaran siswa tidak merasa jenuh dan diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman konsep siswa
Menurut
Ibrahim (2000 : 2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran
yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus
pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang
meliputi : saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap
muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses
kelompok (Lie,2003:30).
Model
pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika
memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan
Setelah
dilakukan penelitian di kelas V SD Negeri
024 Setiang, ternyata masih banyak siswa yang pasif dalam belajar, tidak
bersemangat, siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan sehingga hasil belajar
yang diperoleh juga rendah.
Melalui
diskusi dengan supervisor, penulis mengindentifikasi masalah dan kekurangan
dalam proses pembelajaran PKN yaitu: Rendahnya motivasi peserta didik untuk
mengikuti proses pembelajaran PKN karena metode pembelajaran tidak sesuai
dengan materi, sehingga mengakibatkan rendahnya motivasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran PKN kelas V SD Negeri
024 Setiang.
Mengacu
pada latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini, maka
seharusnya Metode Pembelajaran yang digunakan guru harus sesuai dengan materi
sehingga memudahkan peserta didik untuk memahami pelajaran yang diberikan oleh
guru.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang
telah penulis uraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:
1.
Apakah
Model
Make-A Match dapat meningkatkan motivasi belajar Pada Mata Pelajaran PKN di
Kelas V SD Negeri 024 Setiang “
2.
Bagaimana penerapan
Model Make-A Match dapat meningkatkan motivasi belajar Pada Mata
Pelajaran PKN di Kelas V SD Negeri 024 Setiang “ untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik
kelas V SD N 024 Setiang pada mata pelajaran PKN dengan topik Memahami kebebasan berorganisasi
.
Dari uraian dari diatas, maka penelitian mencoba melakukan penelitian tindakan
kelas (PTK)
yang berjudul “ Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Peserta
Didik Dengan Menerapkan Model Make-A Match Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas V
SD Negeri 024 Setiang “
C.
Tujuan Perbaikan Pembelajaran
Dari rumusan masalah yang telah dibahas Maka, Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan cara
meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas V SD N 24 Setiang pada mata
pelajaran PKN dengan topik Memahami kebebasan berorganisasi
melalui penerapan model pembelajaran make-A
match
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.
Bagi
Peserta Didik
Meningkatkan motivasi belajar dan keaktifan peserta didik
sehingga peserta didik dapat menyelesaikan evaluasi yang diberikan pada akhir
pembelajaran, dan Pelajaran PKN menjadi salah satu pelajaran yang sangat
digemari, sehingga hasil yang peroleh memuaskan.
2.
Bagi
Guru
a.
Bagi
guru sebagai masukan dan pemahaman dalam pelaksanaan pembelajaran PKN dengan model make a match dan guru diharapkan
menerapkan dalam pembelajaran.
b.
Mengatasi berbagai permasalahan
yang terjadi dikelas sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat
memperbaiki mutu kinerja guru
secara berkesinambungan.
c.
Meningkatkan keprofesionalan guru dalam
menghadapi permasalahan yang nyata dalam proses pembelajaran di kelas. Khususnya dalam pembelajaran PKN
d.
Untuk
mengetahui model pembelajaran apa yang cocok dilakukan oleh guru di kelas.
3.
Bagi
Sekolah
a.
Bagi
sekolah dapat meningkatkan prestasi sekolah pada mata pelajaran PKN
b.
Menjadi solusi dari kendala belajar pada bidang-bidang
pendidikan lainnya.
c.
Membantu
tanggung jawab sekolah dalam
memperlancar pelaksanaan kurikulum
pendidikan di sekolah.
d.
Agar tercapainya tujuan pembelajaran
serta tujuan sekolah yang berkualitas serta untuk Meningkatkan mutu pendidikan di
sekolah tersebut
e.
Suasana
belajar lebih hidup di kelas V
SD Negeri 24 Setiang sehingga mutu sekolah tersebut
dapat berkembangan
II.KAJIAN
PUSTAKA
1.
Kajian Teori
a. Hakikat
Pembelajaran PKN
Pembelajaran
PKN adalah proses pemberian pengalaman
belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan PKN yang dipelajari. Strategi satu komponen yang menentukan
ketercapaian kompetensi adalah penggunaan strategi pembelajaran PKN, yang sesuai dengan :
1.
Topik yang sedang dibicarakan
2.
Tingkat perkembangan intelektual peserta
didik
3.
Prinsip dan teori belajar
4.
Keterlibatan aktif peserta didik
5.
Keterkaitan dengan kehidupan peserta
didik sehari-hari
6.
Pengembangan dan pemahaman penalaran .
Beberapa
strategi pembelajaran pkn
yang dianggap sesuai pada saat ini adalah :
1.
Pemecahan masalah
Masalah dibuat agar siswa bisa
tertantang untuk menyelesaikan masalah. Ada beberapa manfaat pemecahan masalah
untuk siswa yaitu : kreatif dalam berfikir, krisis dalam menganalisis data dan
mandiri dalam bertindak dan bekerja.
2.
Penyelidikan matematis
Penyelidikan tentang masalah yang
dapat dikembangkan menjadi model matematika yang berpusat pada tema tertentu.
3.
Penemuan terbimbing
Guru membimbing siswa – siswanya
dengan menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa
menemukan sesuatu.
4.
Contektual Learning
Pengelolaan suasana belajar yang
mengaitkan bahan pelajaran dengan situasi atau kehidupan sehari-hari
Lickona menggaris bawahi pemikiran
Novak. Ia berpendapat bahwa pembentukan karakter/watak anak dapat dilakukan
melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral(moral knowing), sikap
moral(moral feeling), dan prilaku moral(moral behavior). Dengan demikian, hasil
pembentukan sikap karekter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep
moral, sikap moral, dan perilaku moral.
Pemikiran Lickona ini mengupayakan dapat digunakan untuk membentuk watak anak, agar dapat memiliki karater demokrasi. Oleh karena itu, materi tersebut harus menyentuh tiga aspek teori (Lickona), seperti berikut :
Konsep moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral (moral awarness), pengetahuan nilai moral (knowing moral value), pandangan ke depan (perspective talking), penalaran moral (reasoning), pengambilan keputusan (decision making), dan pengetahuan diri (self knowledge).
Sikap moral (moral feeling) mencakup kata hati (conscience), rasa percaya diri (self esteem), empati (emphaty), cinta kebaikan (loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (huminity).
Perilaku moral (moral behavior) mencakup kemampuan (compalance), kemauan (will) dan kebiasaan (habbit).
Teori Lickona (1992) ini cukup relevan untuk digunakan dalam pembentukan watak anak dan sesuai dengan karakteristik materi PKn. Sasaran pembelajaran PKn SD dapat dikaitkan dengan pola pikir Lickona tersebut. Dari sini dapat kita lihat hasilnya, tentang seberapa jauh perubahan watak atau karakter anak setelah mendapat materi PKn. Misalnya, bagaimana watak atau karakter anak yang terbentuk berkenaan dengan demokrasinya setelah ia menerima demokrasi tersebut.
Pemikiran Lickona ini mengupayakan dapat digunakan untuk membentuk watak anak, agar dapat memiliki karater demokrasi. Oleh karena itu, materi tersebut harus menyentuh tiga aspek teori (Lickona), seperti berikut :
Konsep moral (moral knowing) mencakup kesadaran moral (moral awarness), pengetahuan nilai moral (knowing moral value), pandangan ke depan (perspective talking), penalaran moral (reasoning), pengambilan keputusan (decision making), dan pengetahuan diri (self knowledge).
Sikap moral (moral feeling) mencakup kata hati (conscience), rasa percaya diri (self esteem), empati (emphaty), cinta kebaikan (loving the good), pengendalian diri (self control), dan kerendahan hati (huminity).
Perilaku moral (moral behavior) mencakup kemampuan (compalance), kemauan (will) dan kebiasaan (habbit).
Teori Lickona (1992) ini cukup relevan untuk digunakan dalam pembentukan watak anak dan sesuai dengan karakteristik materi PKn. Sasaran pembelajaran PKn SD dapat dikaitkan dengan pola pikir Lickona tersebut. Dari sini dapat kita lihat hasilnya, tentang seberapa jauh perubahan watak atau karakter anak setelah mendapat materi PKn. Misalnya, bagaimana watak atau karakter anak yang terbentuk berkenaan dengan demokrasinya setelah ia menerima demokrasi tersebut.
Pembelajaran
adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna
membelajarkan siswa (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 43). Erman Suherman (2003:
8) mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi
nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Menurut
Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 (Benny Susetyo, 2005: 167) pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Peserta didik yang dimaksud adalah siswa dan pendidik
adalah guru. Menurut Sugihartono (2007: 81), pembelajaran adalah suatu upaya
yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir,
dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang
optimal.
.
Menurut Tim ICCE UIN Jakarta : “Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan di mana seseorang mempelajari orientasi,
sikap dan perilaku politik sehingga yang bersangkutan memiliki political
knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan political participation
serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional.”
Sejalan dengan itu, kompetensi yang
diharapkan dari seorang lulusan SD/MI adalah kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah
abstrak dan konkret.. Peserta didik diajak mengikuti proses pembelajaran transdisipliner yang menempatkan
kompetensi yang dibelajarkan dikaitkan dengan konteks peserta didik dan
lingkungan.
Standar isi
dan setandar kopetensi lulusan 2006
menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan ktsp
1.
Motivasi Belajar
Banyak
ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain
Wahjosumidjo mengatakan bahwa motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk berprilaku untuk tujuan
yang telah ditetapkan, sementara itu. Siagian (1995) mengatakan motivasi adalah
daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk
mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian dan keterampilan, tenaga dan
waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai
sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari
berbagai pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa motivasi adalah daya
penggerak atau pendorong dalam diri seseorang sehingga ia mau berbuat, bekerja
dan menggunakan segenap potensinya dalam bekerja untuk mancapai tujuan,
Indrawijaya (1981) menyatakan bahwa motivasi kerja adalah suatu dorongan dan
energi penggarak sehingga menimbulkan semangat dalam melakukan pekerjaan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Selain itu Sergiovani yang dikutip Bafadal
(1992) mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah keinginan dan kemampuan
seseorang untuk mangambil keputusan, bertindak dan menggunakan seluruh
kemampuan baik fisik, psikis dan sosial dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari pendapat-pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar merupakan suatu dorongan dan energi penggerak, dalam diri seseorang
siswa yang menimbulkan semangat untuk melakukan proses belajar mengajar dalam
rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi
belajar seseorang peserta didik sangatlah penting dalam belajar, supaya pembelajaran dapat berjalan
lancar dan tujuan-tujuan pembelajaran dapat dicapai sebagai mana yang
diharapkan. Hal tersebut
dikemukakan oleh Wahjosumidjo dalam (Wina Sanjaya, 2010:249-262) mengemukakan bahwa
motivasi sangat mempengaruhi seseorang berprilaku dalam melaksanakan sesuatu
dan mempertahankan kegiatan kearah tujuan yang telah ditetapkan.
1. Fungsi
Motivasi
Motifasi sangat diperlukan dalam
kegiatan belajar agar kegiatan belajar pada diri siswa dapat bermanfaat dan
berhasil, sehubungan dengan hal tersebut terdapat beberapa fungsi motifasi
diantaranya :
1)
Motifasi
sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan
2)
Motifasi
dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuan
3)
Motifasi
dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan
4)
Motifasi
berfungsi sebagai pendorong untuk usaha mencapai prestasi.
2. Jenis
Motivasi
Dilihat dari jenisnya motivasi terbagi kepada dua yaitu:
1)
Motivasi Instrinsik
yaitu
motivasi yang muncul dari diri sendiri pada setiap individu, misalkan
peserta didik ingin belajar karena keinginannya menambah pengetahuan dan wawasannya sendiri.
2)
Motivasi Ekstrinsik
yaitu motivasi yang datang dari luar diri. Misalnya,
peserta didik belajar dengan penuh semangat karena inin mendapatkan nilai yang
bagus.
3. Cara menumbuhkan motivfasi
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motifasi dalam kegiatan
belajar disekolah yaitu diantaranya : memberi nilai, hadiah, saingan/
kompetisi, ego infolvement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman,
hasrat untuk belajar, minat, tujuan yang diakui.
Kegiatan yang dilakukan guru ini
merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada akhirnya dapat
menciptakan keaktifan dan motivasi peserta didik dalam diskusi. Hal ini sejalan
dengan pendapat Hamalik (1994:116), “Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan
peningkatan keaktifan peserta didik yang dapat dilakukan dengan strategi
pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat ditujukan ke arah
kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila
motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai tantangan, akan tumbuh
kegiatan kreatif.” Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di
antara peserta didik serta mampu
menciptakan kondisi yang menyenangkan
4. Pengertian Belajar
a)
Anita E Woolfolk (1993) belajar
merupakan sebagai perubahan prilaku akibat dari suatu pengalaman tertentu
b)
Hilgard dan Bower, dalam buku Theories
of Learning (1975).”Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang - ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkahlaku itu tidak
dapat dijelaskan atas dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan -keadaan sesaat seseorang misalnya
kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.”
b. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam
menjalankan fungsinya merupakan alat
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat
prosedural, yaitu berisi tahapan
tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat
implementatif. Dengan perkataan lain, metode yang dipilih oleh masing-masing
guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda.
c.
Tujuan ,manfaaat dan karakteristik
penelitian tindakan kelas (ptk)
Sebagai
seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik. Perkembangan
peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan
sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik
dan perkembangan sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap perkembangan
intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif peserta didik.
Karakteristik siswa yang diharapkan
oleh peneliti adalah siswa disiplin dalam belajar, aktif, bersemangat, rajin
mengerjakan tugas, berani, teliti dalam bekerja, tekun, bertanggung jawab,
percaya diri dan mau bekerja sama dengan orang lain.Penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui
refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga
hasil belajar peserta didik meningkat.
Penelitian tindakan kelas ini mempunyai manfaat, baik bagi
guru, pembelajaran atau peserta didik, maupun bagi sekolah. Manfaat PTK bagi
guru diantaranya untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang
sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran, guru dapat berkembang secara
professional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki
pembelajaran yang sedang dikelola, guru menjadi lebih percaya diri dan guru
mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan sendiri. Bagi pembelajaran atau siswa, PTK bermanfaat untuk
meningkatkan proses atau hasil belajar peserta didik, di samping guru yang
melaksanakan PTK dapat menjadi model bagi para peserta didik dalam bersikap
kritis terhadap hasil belajarnya. Bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk
berkembang karena adanya peningkatan atau kemajuan pada diri guru dan
pendidikan disekolah tersebut.
Ada beberapa karakteristik penelitian tindakan
kelas, yang membedakannya dengan jenis penelitian yang lain. Karakteristik
tersebut adalah:
1.
Adanya masalah dalam PTK dipicu oleh
munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini
di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.
2. Self-reflective inquiry, atau
penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial.
Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek
atau tempat lain sebagai responden, maka PTK mempersyaratkan guru mengumpulkan
data dari praktiknya sendiri melalui refleksi diri.
3. PTK
dilakukan di dalam kelas, sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan
pembelajaran berua perilaku guru dan peserta didik dalam melakukan interaksi.
4. PTK
bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap
dan terus-menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan (Wardhani.IGAK.2013).
d. Model
Make-A Match
a.
Pengertian
Model Make A Match
Metode make a match atau mencari pasangan
merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan
metode ini dimulai dari teknik yaitu peserta didik disuruh mencari pasangan kartu
yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, peserta
didik yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Teknik metode pembelajaran make
a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah
satu keunggulan tehnik ini adalah peserta didik
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana
yang menyenangkan.
Model pembelajaran make
and match adalah sistem pembelajaran yang mengutamakan penanaman
kemampuan sosial terutama kemampuan bekerja sama,
kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari
pasangan dengan dibantu kartu (Wahab, 2007 : 59).
Teknik metode
pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan
oleh Lorna Curran (1994). Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Tujuan dari pembelajaran dengan model make and match adalah
untuk melatih peserta didik agar lebih cermat dan lebih kuat pemahamannya
terhadap suatu materi pokok (Fachrudin, 2009 : 168). Siswa dilatih berpikir
cepat dan menghafal cepat sambil menganalisis dan berinteraksi sosial.
b. Langkah-langkah penerapan
model Make a Match sebagai berikut:
1.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian
kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
2.
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang
bertuliskan soal/jawaban.
3.
Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari
kartu yang dipegang.
4.
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang
cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan bela negara
akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal “sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara”
5.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6.
Jika siswa tidak dapat mencocokkan
kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7.
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi
agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian
seterusnya.
8.
Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau
3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9.
Guru bersama-sama dengan siswa membuat
kesimpulan terhadap materi pelajaran.Pada penerapan metode make a match,
diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match dapat memupuk kerja sama
siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang yang ada di
tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar
siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak
sekali pada saat siswa mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini
merupakan suatu ciri dari pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukan oleh
Lie (2002:30) bahwa, “Pembelajaran kooperatif ialah pembelajaran yang
menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.”
c. Tujuan
Pembelajaran Model Make A Match
1) Menciptakan suasana belajar siswa
aktif dan menyenangkan
2) Memberikan materi pembelajaran
yang disampaikan lebih menarik perhatian peserta didik.
3) Meningkatkan hasil belajar
peserta didik mencapai taraf ketuntasan belajar.
4) Dapat memupuk kerjasama peserta
didik dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan jawabannya.
d. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Make A Match
Pembelajaran kooperatif
metode make a match memiliki kelebihan di antaranya sebagai berikut:
1.
Mampu menciptakan suasana belajar aktif
dan menyenangkan
2.
Materi pembelajaran yang disampaikan
lebih menarik perhatian siswa
3.
Mampu meningkatkan hasil belajar siswa
mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal 87,50% .
4.
Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam
proses pembelajaran (Let them move)
5.
Kerjasama antar sesama siswa terwujud
dengan dinamis.
6.
Munculnya dinamika gotong royong yang
merata di seluruh siswa.
Di samping
manfaat yang dirasakan oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match
berdasarkan temuan di lapangan mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1.
Diperlukan bimbingan dari guru untuk
melakukan kegiatan
2.
Waktu yang tersedia perlu dibatasi
jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran.
3.
Guru perlu persiapan bahan dan alat yang
memadai.
4.
Pada kelas yang gemuk (<30
siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah suasana seperti
pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan
mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas
tidak kedap suara. Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa
komitmen ketertiban dengan siswa sebelum ‘pertunjukan’ dimulai. Pada dasarnya menendalikan
kelas itu tergantung bagaimana kita memotivasinya pada langkah pembukaan.
Karakteristik siswa yang diharapkan oleh peneliti adalah
siswa disiplin dalam belajar, aktif, bersemangat, rajin mengerjakan tugas,
berani, teliti dalam bekerja, tekun, bertanggung jawab, percaya diri dan mau
bekerja sama dengan orang lain.Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar peserta
didik meningkat.
2.
Kerangka Berfikir
Adapun kerangka berfikir dalam laporan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:

![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
3. Hipotesis tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah: Metode Make A Match dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran PKN di kelas V SD N 24 Setiang.
III.PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A.
Subjek,
Tempat Dan Waktu Penelitian
1.
Subjek
dan Tempat Penelitian.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan
di SD N 24 Setiang, Kecamatan Pucuk Rantau, Kabupaten Kuantan Singingi, Kelas V,Semester
2 Tahun ajaran 2014/2015 Dengan jumlah peserta didik 10 orang, peserta didik
laki-laki 5 orang dan peserta didik
perempuan 5 orang.Dalam melaksanakn penelitian perbaikan pembelajaran, peneliti
di bantu oleh supervisor, Kepala Sekolah dan guru pembimbing. perbaikan ini di khususkan pada mata pelajaran
PKN.
2.
Waktu
Penelitia
Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2015, dengan jadwal penelitiannya sebagai berikut
NO
|
Hari /tanggal
|
Jam ke
|
ket
|
1
|
Rabu /8 April 2015
|
1,2
|
|
2
|
Rabu
/15 April 2015
|
1,2
|
|
3
|
Rabu /22 April 2015
|
1,2
|
B.
Desain
Prosedur Perbaikan Pembelajara
1.
Jenis Penelitian
penelitian
tindakan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan
keprofesionalannya dan memperbaiki kualitas pembelajaran dengan melakukan
perubahan-perubahan secara terencana dengan berkolaborasi.
2. Materi Ajar
Materi ajar disesuaikan dengan kurikulum yang dianut di
sekolah yaitu kurikulum 2006
yang di terapkan dengan Pendekatan Saintifik
[mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasikan] di SD
N 24 Setiang
dengan materi
pelajaran mengidentifikasi tujuan, anggota,
struktur, dan tata tertib berbagai organisasi di sekolah dan masyarakat.
3.
Lama Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus
yaitu pra siklus, siklus I, siklus II,dan
silus III. Setiap kali
pertemuan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a
match.
4. Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan lembar observasi sebagai alat
pengumpul data yang di isi oleh
supervisor selama pembelajaran berlangsung.
5.
Langkah-langkah
Penelitian
Penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran make a match. Setiap siklus secara garis
besar dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)
Tahap Perencanaan
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan
berbagai persiapan awal, yaitu :
a. Menyusun
jadwal kegiatan pembelajaran di Kelas.
b. Mengambil
tema, sub tema dalam buku panduan sesuai sekolah
c. Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
d. Merancang
kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran make a match.
e. Membagi
peserta didik dalam kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok
terdiri dari 4 atau 5 orang
f. Masing-masing
kelompok berembuk untuk menentukan siapa yang menjadi ketua kelompok dan
moderator
g. Guru
dan siswa membuat kesepakatan hukuman yang akan digunakan, sebelum kartu soal
dan kartu jawaban dibagikan
2)
Tahap
Pelaksanaan Tindakan
a.
Peserta
didik dikondisikan
untuk mengikuti model pembelajaran make a
match.
b.
Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
c.
Setiap peserta didik mendapatkan sebuah
kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
d.
Tiap peserta didik memikirkan jawaban/soal
dari kartu yang dipegang.
e.
Setiap peserta didik mencari pasangan kartu
yang cocok dengan kartunya.
f.
Setiap peserta didik yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
g.
Pada
saat kegiatan yang dilakukan peserta didik guru memantau dan membimbing peserta didik. Jika peserta
didik tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat
menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah
disepakati bersama.
h.
Setelah satu babak, kartu dikocok lagi
agar tiap peserta didik
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
i.
Peserta
didik
juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 peserta
didik
lainnya yang memegang kartu yang cocok.
j.
Guru bersama-sama dengan peserta didik membuat kesimpulan
terhadap materi pelajaran.
3)
Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan pada saat kegiatan sedang
berlangsung. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan lembar observasi mengenai aktivitas belajar PKN peserta
didik dan lembar observasi kegiatan guru dengan masing-masing
menerapkan model pembelajaran make a
match. Lembar observasi siswa berisi aktivitas belajar yang meliputi :
1.
Peserta didik bertanya saat proses
pembelajaran,
2.
Peserta didik menjawab pertanyaan saat
diskusi
3.
Peserta didik mengantuk saat belajar
4.
Peserta didik berbicara tentang masalah
lain saat kerja kelompok atau saat diskusi kelas
5.
Peserta didik asik bermain saat Peserta
didik lain belajar
6.
Peserta didik diam saja saat proses
belajar sedang berlangsung
7.
Peserta didik mengganggu teman saat
proses belajar berlangsung
8.
Peserta didik tidak konsentrasi saat
proses belajar berlangsung
4)
Tahap Refleksi
Hasil
analisis dan refleksi terhadap tidakan I ini menjadi bahan pelaksanaan tindakan
berikutnya. Berikutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran siklus II
dengan bertitik tolak pada hasil refleksi pada siklus I. Berikutnya dilanjutkan
dengan pelaksanaan pembelajaran siklus III dengan bertitik tolak pada
hasil refleksi pada siklus II Kemudian menganalisis dan melakukan refleksi keseluruhan
tindakan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran make a match.
5)
Instrumen Penelitian
Untuk menganalisis hasil belajar peserta didik , menganalisis hasil
observasi penerapan model pembelajaran make a match di buat Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri
dari :
1. Observasi
Memperoleh informasi bagaimana pembelajaran pkn dengan menerapkan
model pembelajaran make a match.
Observasi meliputi bagaimana pelaksanaan aktivitas
belajar peserta didik.
Format
observasi terdiri dari 4 aspek yang dapat di lihat pada tabel di bawah ini
No
|
Pengamatan
|
Siklus
|
|||||
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus
III
|
|||||
Jml siswa
|
%
|
Jml siswa
|
%
|
Jml siswa
|
%
|
||
1
|
Keberanian
|
||||||
2
|
Keaktifan
|
||||||
3
|
Semangat belajar
|
||||||
4
|
Kemampuan belajar
|
2. Tes
Tes yang diberikan berupa tes tiap
akhir siklus, dalam penyususnan tes peneliti
mengkonsultasikan dengan supervisor, tes bertujuan untuk melihat hasil belajar
Peserta didik pada aspek kognitif, Tes dan kuis tersebut terdiri dari soal-soal
dalam bentuk essay.
C. Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data yang dipergunakan adalah penyajian data, penarikan simpulan,
serta verifikasi refleksi.
1. Penyajian Data
Data yang telah direduksi dan
dikelompokkan dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang
berguna untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data
ini ditulis dalam paparan data.
2. Penarikan simpulan, verifikasi, dan refleksi
Penarikan
simpulan dilakukan terhadap temuan peneliti berupa indikator-indikator yang
selanjutnya dilakukan
refleksi sehingga memperoleh simpulan akhir. Hasil simpulan akhir dilakukan
refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya. Adapun tes
hasil belajar peserta didik diolah
untuk mengukur ketuntasan
dalam belajar PKN.
3.
Ketrampilan memecahkan maslah dalam PKN.
Ketrampilan
memecahkan masalah atau problem solving skill dalam PKN merupakan ketrampilan
yang sangat penting yang di miliki siswa. Masalah dalam PKN adalah soal soal
yang cara penyelesaiannya belum kita ketahui. Menurut polya tokoh dalam PKN (
tokoh problem solving skill) ada 4 tahapan dalam pemecahan masalah:
1)
Memahami
masalah ( Menyampaikan kembali permasalahan,
Menemukan fakta fakta penting, menemukan permasalahan yang di tanyakan).
2)
Merencanakan
penyelesaian masalah(Menentukan permasalahan yang terjadi)
3)
Menyelesaikan
masalah ( menemukan fakta fakta yang di butuhkan, memilih dan menerapkan
setrategi yang sesuai,)
4)
Melakukan
pengecekan kembali ( mengungkapkan kembali pertanyaan dari soal, memeriksa
jawaban, mempertanyakan apakah jawaban
yang di hasilkan sudah bagus, mencatat jawaban, menambahkan catatan
penting)
Data
hasil belajar yang diperoleh dikatakan meningkat apabila hasil belajar yang
diperoleh dari siklus kedua lebih tinggi dari hasil belajar siklus pertama.
Dimana pada penelitian ini peneliti menggunakan hasil tes latihan sebagai titik
awal untuk melihat peningkatan pada hasil belajar peserta didik.
Untuk melihat kecenderungan
aktivitas siswa belajar, data yang terkumpul pada lembar pengamatan di analisis
dengan cara menghitung prosentase aktivitas belajar siswa dengan menggunakan rumus teknik priporsi (Sudjana,1996) yaitu:
K = [ A / N ] x
100 %
Dengan K = Persentase Siswa Yang Aktif dalam setiap
aktifitas
A = Jumlah siswa yang
melakukan aktifitas
N = Jumlah total siswa
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
hasil penelitian perbaikan pembelajaran
1. Peningkatan Motivasi Belajar
Peserta Didik
Peningkatan motivasi belajar peserta didik
(berdasarkan kesungguhan, keaktifan dan keberanian peserta didik dalam
pembelajaran) pada mata pelajaran PKN
dapat dilihat pada grafik berikut
:
Tabel
Hasil peningkatan pengamatan
motivasi Belajar
Peserta Didik dari 3
Siklus Pembelajaran
No
|
Pengamatan
|
Siklus
|
|||||
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus
III
|
|||||
Jml siswa
|
%
|
Jml siswa
|
%
|
Jml siswa
|
%
|
||
1
|
Keberanian
|
6
|
60%
|
8
|
80%
|
9
|
90%
|
2
|
Keaktifan
|
7
|
70%
|
8
|
80%
|
9
|
90%
|
3
|
Semangat belajar
|
6
|
60%
|
8
|
80%
|
9
|
90%
|
4
|
Kemampuan belajar
|
6
|
60%
|
8
|
80%
|
9
|
90%
|
Peningkatan
motivasi Belajar
Peserta Didik dari 3
Siklus Pembelajaran dapat di lihat pada grafik

Grafik
Grafik motivasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PKN
a. Siklus I
Temuan-temuan
pada siklus I motivasi peserta didik sudah ada peningkatan akan
tetapi belum maksimal yang terlihat dari:
1.
Peserta
didik kurang sungguh-sungguh.
2.
Peserta
didik kurang aktif.
3.
Peserta
didik sudah ada yang berani bertanya meskipun belum semuanya.
Pada siklus I akan
dilakukan perbaikan atas motivasi belajar peserta didik yang masih
rendah pada siklus I, maka
persentase keberanian
peserta didik pada siklus I ini adalah 6 orang anak
(60% ), keaktifan peserta didik 7
orang anak (70% ), semangat
belajar peserta didik
6 orang anak (60%), dan
kemampuan bertanya peserta didik 6
orang anak (60% ). Persentase motivasi belajar
peserta didik pada siklus I ini masih belum maksimal sehingga perlu diadakan perbaikan
pada siklus II
b.
Siklus
II
Temuan-temuan
pada siklus II motivasi peserta didik sudah ada peningkatan akan
tetapi belum maksimal yang terlihat dari:
1.
Peserta
didik mulai sungguh-sungguh.
2.
Peserta
didik mulai aktif.
3.
Peserta
didik sudah ada yang berani bertanya meskipun belum semuanya.
Pada siklus I akan
dilakukan perbaikan atas motivasi belajar peserta didik yang masih
rendah pada siklus I, maka
persentase keberanian
peserta didik pada siklus I ini adalah 6 orang anak
(80% ), keaktifan peserta didik 7
orang anak (80% ), semangat
belajar peserta didik
6 orang anak (80%), dan
kemampuan bertanya peserta didik 6 orang anak (80% ). Persentase motivasi belajar
peserta didik pada siklus II ini masih belum maksimal sehingga perlu diadakan perbaikan
pada siklus III
c.
Siklus
III
Temuan-temuan pada siklus III
motivasi peserta didik sudah meningkat dan telah sesuai dengan harapan peneliti
yang dapat terlihat dari:
Setelah
pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan Rencana Perbaikan Pelaksanaan
Pembelajaran, motivasi belajar peserta didik mengalami peningkatan dan mencapai persentase sebagai berikut:
1. Keberanian
Pada Siklus I naik menjadi 6 orang anak
(60%)
Pada siklus II mencapai
8 orang anak (80%).
Pada siklus III mencapai
9 orang anak (90%).
2. Keaktifan
Pada iklus I naik menjadi 7
orang anak (70%)
Pada siklus II mencapai persentase 8 orang anak (80% ).
Pada siklus III mencapai
9 orang anak (90%).
3. Semangat
Belajar
Pada Siklus I naik menjadi 6
orang anak (60%)
pada
siklus II mencapai persentase menjadi 80%
(8 orang anak ).
Pada
siklus III mencapai 9 orang anak (90%).
4. Kemampuan
Brtanya
Pada iklus I naik menjadi 6
orang anak (60% )
pada
siklus II mencapai persentase 8 orang anak (80%).
Pada
siklus III mencapai 9 orang anak (90%).
Persentase
kenaikan motivasi belajar peserta didik pada siklus III telah sesuai dengan harapan peneliti.
d. Peningkatan Hasil Belajar Peserta
Didik
Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel Daftar Nilai Mata Pelajaran PKN
NO
|
NAMA
PESERTA
DIDIK
|
L/P
|
NILAI
|
|||
Siklus I
8-4-15
kkm 6.0
|
Siklus II
15-4-15
kkm 6.0
|
Siklus III
22-4-15
kkm
6.0
|
||||
1
|
Ahmad banu
|
L
|
80
|
90
|
90
|
|
2
|
Cintia putri
|
P
|
70
|
80
|
90
|
|
3
|
Farel ardian
|
L
|
60
|
80
|
90
|
|
4
|
Fiki prasetio
|
L
|
60
|
70
|
90
|
|
5
|
Giofani sitepu
|
L
|
60
|
70
|
80
|
|
6
|
heni pratiwi
|
P
|
70
|
80
|
90
|
|
7
|
Indah lestari
|
P
|
80
|
90
|
100
|
|
8
|
Jamal siregar
|
L
|
80
|
80
|
90
|
|
9
|
Susi putri zega
|
P
|
70
|
80
|
90
|
|
10
|
Yulia damayanti
|
P
|
70
|
80
|
90
|
|
JUMLAH
NILAI
|
700
|
800
|
900
|
|||
RATA-RATA
|
70
|
80
|
90
|
|||
PERSENTASE
KETUNTASAN
|
70%
|
80%
|
90%
|
Berdasarkan hasil
perolehan nilai di atas, dapat dilihat perbandingan nilai peserta didik pada
setiap siklus sebagai berikut
Tabel Kalkulasi rentang nilai siswa dari pra
siklus sampai dengan siklus III
No
|
Rentang Nilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus III
|
1.
|
40
– 60
|
3
|
0
|
0
|
2.
|
60
– 80
|
7
|
8
|
1
|
3.
|
≥ 90
|
0
|
2
|
9
|
Berdasarkan tabel diatas nilai rata-rata mata
pelajaran PKN
mengalami kenaikan setiap siklus. Pada pra siklus nilai rata-rata 70
naik menjadi 90
sampai 70 pada siklus I, pada siklus II naik menjadi 80. dan
pada siklus III naik menjadi 90 Nilai rata-rata pada siklus III sudah memenuhi apa yang diharapkan
peneliti. Begitu juga kalkulasi penguasaan materi terlihat pada table 2 dimana,
9 orang peserta didik saja yang
mampu menguasai materi dengan kategori tuntas. Hal ini disebabkan peserta didik
belum termotivasi dalam menerima pelajaran dan guru juga belum mampu menerapkan
metode yang tepat dalam pembelajaran. maka dari itu guru perlu melakukan
perbaikan pada siklus I.
Pada siklus I penguasaan materi peserta didik mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, dimana dari 10 orang peserta didik hanya
3 orang peserta didik yang belum
tuntas, dan 7 orang diantaranya bernilai sangat baik. Pada siklus I ini peserta
didik sudah mulai termotivasi dalam menerima pelajaran, walaupun tingkat
penguasaan materi peserta didik sudah cukup bagus namun masih perlu perbaikan
pembelajaran pada siklus II dan siklus III nanti.
Pada siklus II tingkat penguasaan materi peserta
didik sudah sangat bagus, dimana dari 10 orang peserta didik yang belum mampu
menguasai materi tidak ada lagi, dan ini berarti 10 orang peserta didik mampu
mengusai materi dengan kategori penilaian 8 orang peserta didik bernilai
sedang, dan 2 orang peserta didik bernilai sangat baik. Karena pada siklus II
ini guru sudah mampu dengan baik menerapkan metode Make A Match sehingga peserta didik termotivasi dalam menerima
pelajaran dan suasana kelaspun menjadi hidup.
Pada siklus III tingkat penguasaan materi peserta
didik sudah sangat bagus, dimana dari 10 orang peserta didik yang belum mampu
menguasai materi tidak ada lagi, dan ini berarti 10 orang peserta didik mampu
mengusai materi dengan kategori penilaian 1 orang peserta didik bernilai
sedang, dan 9 orang peserta didik bernilai sangat baik. Karena pada siklus III
ini guru sudah mampu dengan baik menerapkan metode Make A Match sehingga peserta didik termotivasi dalam menerima
pelajaran dan suasana kelaspun menjadi hidup
Berdasar
nilai masing-masing peserta didik maka persentase ketuntasan mata pelajaran PKN dengan KKM 60 dapat dilihat pada grafik berikut :

Grafik
Persentase ketuntasan mata pelajaran PKN
Persentase ketuntasan peserta didik juga naik setiap siklus, pada pra siklus persentase ketuntasan adalah 40% ,pada siklus
I naik menjadi 70% dan di siklus II naik menjadi 80%. dan di siklus III naik
menjadi 90%.Ini sudah sesuai dengan harapan peneliti
2.
Pembahasan
Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan Motivasi belajar peserta didik kelas V SD
Negeri 024 Setiang, jika dalam pembelajaran diterapkan metode make a macth. Penelitian ini
dilakukan karena metode ceramah, Tanya
jawab, dan penugasan yang selama ini penulis terapkan di sekolah SD
Negeri 024 Setiang dalam pembelajaran PKN
membuat peserta didik merasa bosan dan kurang termotivasi untuk belajar sehingga motivasi belajar peserta didik
terhadap mata pelajaran PKN
menjadi
rendah
Berdasarkan
hasil pengolahan data dalam perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan mulai
terlihat peningkatan hasilnya. Hal ini terlihat dari:
1.
Hasil pencapaian peserta didik dalam mata pelajaran PKN
dari pra siklus,
sudah mulai meningkat pada siklus I,pada siklus II ,dan siklus III hasil yang
dicapai peserta didik sudah 100% peserta
didik sudah dalam kategori tuntas.
2.
Hampir semua peserta didik telah berani menjawab
pertanyaan bahkan ada yang rajin/aktif bertanya.
3.
Jawaban yang diberikan oleh peserta didikpun telah sesuai
dengan harapan.
Perbaikan
yang terjadi dalam pembelajaran yaitu, tentang kelemahan peserta didik terhadap
penguasaan konsep Menjelaskan tujuan, anggota, struktur, dan tata tertib
berbagai organisasi di sekolah dan masyarakat Dan
rendahnya pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran sehingga peserta
didik tidak mampu menyelesaikan tugas dan menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan baik dan sempurna.
Dengan
demikian penulis menyadari kekurangan
yaitu, tentang krteria yang diutamakan:
1.
Kriteria
penjelasan.
Kreteria penjelasan yaitu, informasi harus jelas dengan
bahasa yang komunikatif harus bisa ditanggapi oleh peserta didik.
2.
Kriteria
penguasaan kelas.
Kriteria
penguasaan kelas adalah guru harus mampu menguasai kelas sepenuhnya dan
memotivasi agar peserta didik terfokus pada materi serta tidak terpengaruh oleh
gangguan luar.
3.
Kriteri
membimbing peserta didik
Kriteri
membimbing peserta didik yaitu, selama proses pembelajaran guru harus menjadi
fasilitator dan motivator terhadap kebutuhan peserta didik.
4.
Kriteria
tujuan yang dicapai
Kriteria
tujuan yang dicapai yaitu, informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan
yang kehendaki.
Upaya yang
dilakukan agar tercapai hasil yang maksimal guru haruslah menanamkan konsep
dengan melakukan berbagai metode dan pendkatan agar peserta didik dapat
memahami serta menyelesaikan tugas dan soal-soal dengan tepat.
Amiroh dalam
( Trianto, 2010: 15 ) salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi
kepentingan peserta didik serta menjadikan suasana belajar yang menyenangkan
adalah model pembelajaran Make A Match. Karena dalam model pembelajaran Make A
Match siswa akan terlatih untuk bekerjasama dan saling berbagi serta suasana
kelas akan menjadi lebih hidup, sebab peserta didik akan mencari pasangan dari
jawaban soal-soal yang berikan pada kartu soal.
Pemilihan
model pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran PKN akan dapat mengaktifkan
peserta didik, sehingga peserta didik tidak lagi menganggap bahwa mata
pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan.
V.SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
1.
Simpulan
Kesimpulan berisikan jawaban dari rumusan masalah.
Dari hasil perbaikan
pembelajaran diselenggarakan seperti yang telah diuraikan di atas, dapat
diambil beberapa kesimpulan:
1.
Model
pembelajaran make a match dapat meningkatkan motivasi
belajar Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran PKN di Kelas
V SD Negeri 024 Setiang “
2. Keaktifan
belajar, semangat belajar dan kemampuan bertanya peserta didik dalam belajar
sehingga meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah metode kooperatif
model pembelajaran make a match yaitu,
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk
bekerjasama dengan peserta didik
lain dalam menemukan kartu jawaban maupun soal yang dipegang pasangannya dengan
batas waktu tertentu secara cepat dan tepat.
Dengan metode kooperatif model pembelajaran make a match dalam pembelajaran
khususnya mata PKN
peserta didik lebih termotivasi,
sehingga suasana belajar menjadi hidup dan menyenangkan.Karena dengan
model kooperatif siswa lebih mudah memahami dalam pembelajaran
2.
Saran
Tindak Lanjut
Dari
kesimpulan di atas, hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya peningkatan
motivasi, Dari pengalaman dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) perlu diadakan perbaikan, agar secara
berkesinambungan Guru harus menguasai materi pembelajaran.
1.
Guru hendaknya menggunakan metode yang bervariasi yang
relevan dengan materi pembelajaran dan menentukan metode pembelajarn
yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran serta menguasai materi pelajaran.
2.
Penyampaian materi pelajaran harus bermakna dan
menyenangkan.
3.
Guru hendaklah memakai alat peraga yang sesuai dengan
materi.
4.
Peneliti
selaku mahasiswa, untuk dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya bermanfaat setelah peneliti
turun ke lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini,
Rita Dewi. 2010.Penerapan Model
Pembelajara Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa Kelas III
SDN Bareng 5 Kota Malang(online).(http://library.um.ac.id/free-contents/index.
php/pub/detail/penerapan-model-pembelajaran-make-a-match-untuk-meningkatkan-hasil-belajar-pkn-siswa-kelas-iii-sdn-bareng-5-kota-malang-rita-dwi-anggraini-48365.html).(diakses,15 November 2014)
Sanjaya, Wina, Kurikulum Pembelajaran Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan ( KTSP ), ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 ), Cet
ke-3
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010 ), Cet ke 7
Tarmizi.2008. Pembelajaran Kooperatif(online).(http://tarmizi.wordpress.com/
2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/
Hermawan Heri. 2007. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta:
Universitas
Terbuka
Wardani,IGAK.2013.PenelitianTindakan
Kelas.Tangerang
Selatan:
Universitas Terbuka.
Sudirman N,1992. Metode Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Suciati,Dr.dkk. 2004.
Belajar & Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka
B. Uno,
Hamzah, Model Pembelajaran Menciptakan
Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif
dan Efektif, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2010 ), Cet ke 6
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran
inovatif-Progresif Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan ( KTSP ), ( Jakarta: Kencana Prenada media Group, 2010 ), Cet ke-3
Anonim. 2013. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Tersedia dihttp://kamusbahasaindonesia.org/pendidikan/mirip. Diakses tanggal 12 September 2013.
Anonim. 2013. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli. Tersedia di http://eki-blogger.blogspot.com/2012/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html. Diakses tanggal 12 September 2013.
Anonim. 2013. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Tersedia dihttp://pengertianpendidikan.com/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan. Diakses tanggal 12 September 2013.
Anonim. 2013. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Para Ahli. Tersedia di http://eki-blogger.blogspot.com/2012/05/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html. Diakses tanggal 12 September 2013.
Anonim. 2013. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan. Tersedia dihttp://pengertianpendidikan.com/pengertian-pendidikan-kewarganegaraan. Diakses tanggal 12 September 2013.
http://repo.iain-tulungagung.ac.id/24/
No comments:
Post a Comment