Catatan
Kebudayaan
Cecep
Samsul Hari
Manifasti Nyamuk
Sikapku selalu mendua kepada kalian
Hormat karena dibandingkan kakekku adam usia kalian
lebih purba
Sebel karena kalian diam-diam necuri darahku,
Darah isteriku,dan darah anak-anakku
Aku ingat Gandhi membiarkan rubuhnya kalian
dijadikan sumber nutrisi
Suatu hari bertahun – tahun silam kudiskusiakan
sikap sang Mahatma
Dengan
Memanor,kritikus seni rupa
Almarhum sahabatku itu berkata:
Saya pengagum Gandhi
Tapi bila menggigitku
Nyamuk akan ku tepuk
Sampai mati!
Di rumahku ada racun nyamuk cair,racun nyamuk
bakar,racun nyamuk listrik
Aku tanam di komputerku perangkat lunak antinyamuk
Yang menghasilkan suara di atan 16.000 sampai 20.000
Hertz
Ultra suara itu melebihi kemampuan dengar manusaia
Dan konon akan menghalangi alian terbang
Dan membuat kalian pingsan
Gak ngaruh tu,tak juga mempan
Kalian lebih kuan dari rezim Zionis,Khamer Merah,dan
Myanmar
Kalian lebih abdi dari Hilter,Stalin,dan mussolin
Kantor kami,majalah Horison di Galursari,kalian jadikan sarang
Dan Pak Ano sopir setia kantor kami
Yang tak pernah mengeluh soal jam kerja dan gaji
Bertahun – tahun setiap malam kalian jadikan
bulan-bulanan
Selalu menjelang senja,kamar kerjaku di serbu kalian
Kadang-kadang kalian datang pagi-pagi benar
Sebelum aku sempat sarapan
Benar-benar tidak sopan
Anak-anakku pernah kalian buat jadi korban demam
berdarah
Karena kalia istriku 11 hari dirawat di rumah sakit
Dan membuatku cemas dan uringan-uringan
Rupanya kalian belum pusa melihatku menderita
Kalian beri aku hadiah cikungunya pula
Belum ada penelitian holistik sejak indonesia
merdeka sampai kutulis manifasto ini
Berapa banyak korban mati karena filarisis,demam
kuning
Demam berdarah,cikungunya,dan malaria
Kalian mungkin mangga dengan fakta historis ini:
Kalian sudah membuat Hippocrates di abad ke – 4
sebelum Masehi
Dan menjadi ancaman buat peradaban awal Mesir,Timur
Tengah dan cina
Dalam semua perang yang terjadi dia abad ke – 20
Masehi
Lebih banyak serdadu yang mati karena malaria dan
bukan karena peluru
Namun kalian juga yang mengantar Sri Ronaldo Ross
meraih Nobel Kedokteran
Karena menemukan parasit malaria di tubuh anggota
puak kalian
Sang betina jalang Anopheles
Aku sering membayangkan seandanya kaian sebesar
gajah
Dan tubuh kaian sama tinggi dengan jerapah
Dan otak kalian sama lincahnya dengan kami,manusia
Tentulah kalian akan berada di puncak rantai makanan
Dan seperti buah badam busuk dari kaum kami
Kalian akan membuata kerusakan di muka bumi
Bumi akan menjadi medan tempur antara kami dan
kalian
Mungkin kalian yang akan muncul sebagai pemenang
Mungkin kalian yang akan muncul sebagai pemenang
Siapa tahu ?
Tahukah kalian ?
Dalam pertempuran abadi itu aku akan memimpin perang
greliya
Melawan kalian
Aku akan belajar kepada pejuang Vietkong
Aku akan belajar kepada Castro dan Ernesto Guevara
Aku akan belajar kepada Mao Zedong
Aku akan belajar kepada ahli strategi perang greliya
Jendral Besar Abdul Haris Nasution
Akan ku bakar terus semangat para pejuangku
Bukan dengan puisi meklainkan denagn selogan-selogan
keramat ini:
Raew-rawe rantas ,malang-malang putung!
Uing atawa maraneh nu
modar!
Esa hilang dua terbilang!
Yes,we can bet you ,
stupid!
Merdeka atau mati !
Man iiber alles!
Wahai kalian musuh bersama umat manusia
Besar atau kerdil tubuh kalian
Menguras bak mandi atau pengasapan
Bukan itu soalnya
Bukan itu duduk perkaranya
Karena kalian ribuan tahuan telah menghisap darah
kami
Karena kalian ribuan tahuntelah menjadi vampir
bangsa kami
Kalialah biang teror sesuangguhnya
Nyaho teu ?
Kalian teh,teroris,bloody hell!
Kalian lah buronan CAI sebenarnya
Di Guantanamo,di Guantanamo,
Disitulah kalian seharusnya
Hari ini dan seterusnya kunyatakan perang kepada
laian
Hari ini dan seterusnya kunyatakan perang kepada
laian
Kalian bisa pegang janjiku ini ;
Akan ku lakukan kalian sebagai lawan sejati
Dan musuh yang tetap ku hormati
Bagaimanapun di peradaban sempit ini
Kalian yang lebih dulu menghuni bumi
Cimahi,2010
Puisi
Ahda Imron
Santolo
1
Jauh dibawah batu-batu karang mungkin suaramulah yang bergaung.Naik
ke permukaan air.Menguap dan membaut burung-burung oleng.Pasir menghembus dan
menyerbu kakiku,menyerupai lapisan kabut.Dalam pikiranku ada selalu yang tak
bisa aku selamatkan yaitu,meluapkan suaramu.Suara yang terus membuatku pergi
dari setiap sebelum tahu bahwa tempat itu memiliki sebuah makna.
2
Di pulau kecil,di mulut sebuah tanjung
Ku biarkan ingatanku terurai.Bayanganmu menempel di
telapk tanganku,di pepohonan bakau,di lenggang angi pada gerak pelan sebuah
jembatan gantung.Ombak memasuki tanjung,menjauhi laut,mencari-cari nama mu
diantara tebing-tebing karang.Sambil menyelamatkan pecahan-pecahan
tubuhmu,kujahui gelagat hujan yang datang dari arah dermaga.Angin yang kasar
menderu di sekeliling pulau.
3
Di pesisir muara tubuhku menjadi malam dengan gelap
yang lebih sempurna dari kulit tubuhmu sepsang matamu bedegup dalam
pikiranku,sedang suaraku terbenam dalam pasir.Kuingat kembali sebuah kota dan
gedung-gedungnya yang kelabu.Disitu orang-orang menyebut namamu seolah menyebut
sebuah nama dari peristiwa masa lalu yang kurang menyenangkan.Disini dan
kini,setiap kali kusebut namamu mulutku dipenuhi cahaya panas
4
Baiklah.Jauh menyusuuri pantai aku sembayngkan
tubuhmu.Kusempurnakan kewajibanku pada luka dan sebuah kesediahan sambil menari
berrsama elang-elang laut.Membuat putaran di laut lenggang di sepanjang garis
air di langit.Dalam cuaca samar seperti desis ular yang terusir,kudengar
suaramu beranjak dari pesisir tanjung
5
Jauh dibawah batu-batu karang aku menyimpan pecahn
tubuhmu........
2010
Puisi
Ahda Imron
Tentang mencintai dan kutukan-kutukanya
Aku telah memilih sebuah kutukan untuk memasuki
tubuhmu.kejahatan yang paling menakjubkan yang tak pernah dikisahkan bayangan
pada cahaya dan ruang.Tubuhmu bagaikan kata-kata.Jembatan gantung yang
menghabungkan duian dan bagianya yang paing gelap.Aku sambil menyebrang sambil
membersihkan noda darah di sela-sela kuku jari tanganmu
Siang-malam kureguk air-liurmu dan kuhafal benar
susunan dan bentuk gigimu
Kucintai sepasang puting susumu yang tebal atau
tanda hitam di lengan kananmu
Ke dalam tubuh mu kumasuki kutukan demi kutukan
pintu gerbang berwarna ungu,kota yang mendengung,dan bau sisik ular.Kubiarkan
kau menyerbu pikiranku menjadi penguasa dan membangun sebauh kerajaan kejahatanku satu-satunya adalam
mencintaimu.Rahasian menakjubkan yang tak pernah dikisahkan pohon pada buhah dan ular yang bergelung
didahanya
Lalu waktu mengutukku menjadi kata-kata jembatan
gantung yang menghubungkan tubuhku dengan kutukan-kutukan berikutnya
Siang-malam kureguk air-liurmu memunguti kuku jari tanganmu
yang berlepasan dan membersihkan tanda hitam di lengan kanan mu
2010
Puisi
Ahda Imron
Kepada Wahyuni Jatmiko
Aku belum berangkat sebelum tanah basah sebelum
suara lonceng menggema ke dalam air sebelum hujan sampai ke suangai.sebelum
sampai puisi ini padamu
Ini sepasang mataku ambillah sehingga kau bisa
memandangku
Kulihat warna kesedihanku seperti nanah dan
tulang.tapi perhatikan bagaimana aku bejalan .elayang atas rawa,asap,dan
pohon-pohon putih.dengan sebuah hembusan angin mengurai tubuhku.kuhentikan
senja dan sinar bulan untuk menyentuh bagian paling rahasia dari keindahan
sebuah kota
Di daun-daun suaraku menjadi air
Sebuah tanah basah sebelum lonceng mengema ke dalam
air sebelum hujan sampai ke sungai.sebelum puisi ini padamu
Ini tubuhku makanlah sehingga kekuatanku hidup dalam
tubuhmu
2009-2010
Puisi
Ahmad David Kholilurrahman
Bertumpang Perahu Buku
Tumpang lah perahu buku,
Selengan pengayuh yang tak capai-capai
Setangan penyimpuh yang tak sampai-sampai
Seangan penyepuh yang tak sansai-sansai
Kubolak-balik laman kata
Yang tiap helai kalimat menjuntai belalai frasa
Tunggu disuling musafir dahaga,
Mampu dijeling mufassir bahasa
Yang diminum,jadi obat segala taubat
Menyeduh pahit empedu jadi manis madu
Pangkal berlayar,angin berhembus rincus
Seperti hembus yang rampus,memutus
Tari rantai luan kemudi,mengurai panjang unjut
Angan membekal jauh perjalanan ke laut maut
Mungkin, badai kantuk bertiup kencang,
Memukul gelombang sampai pelupuk pandang
Jauhkan jatuh liur ke galang bantal,
Sauhkan labuh dengkur ke batang sesal
Hiruplah,sesegar udara menguar
Di kedai-kedai kopi yang menghampar tikar
Hikayat bandar,siasat saudagar,riwayat pelayar
Yang tak memejam mata malam tukang cerita berihtisar
“Timba daku pergi ilmu,setawar sedingin pengetahuan
membesuk sakit ziarah sejarah,memeluk tumit dakwah surah”
Cairo,22 Febuari 2010
Puisi
Ahmad David Kholilurrahman
Az-Zahir
Jika perahu berlayar,
Periksa lambung ketika bersandar,
Asin laut dan kelepak camar
Di tiang-tiang pelantar,memekar
Angan Al-kamar,sepasang tangan dirham-dinar
Yang melamar bazaar menjauh tersasar
Memusar hingar-bingar saudara,
Akan jangkar yang bertangar seluar destar
Menembus jantung pasar,
Siang menggelepar,bertukar bakar
Ke lambung paling lapar
Kububuh rindu paling suruh
Menciduk wdhuk khusuk
Yang sejuk,meresu-resuk
Yang bujuk,memeluk-meluk
Yang suluk,menakhluk-nakhluk
Di Plasa kota tua,
Aku berbaring setengah sadar,
Memasuk gemetar jemari kasar
Segulung roti gandum tawar,yang mengundang merpati
berputar
Memikat lapar paling sabar?
“Makanlah,wahai burung-burung rajin berzikir,Hingga
butir paling akhir”
Biarlah,aku bertahan air liur,sampai matahari
tergelincir
Kekal waktu menyampir desir pepasir,
Kepada Az-Zahir,yang menulis syair
Perihal musafir fakir
Berpetualang melipir pikir
Menetal debu seribu menra,
Memintal riwayat papa ke dana
Sedakwat tinta,mengukir kalam bulu angsa
Mengenang kisah paling helah cinta
Yang surut umur,menyusur uzur kelemumur
Di laman tafakur,tetangga umur menyelur:
Syukur,syukur,sukur
Syukur,syukur
Syukur
Cairo,6 Febuari 2008
Puisi
Ahmad David Kholilurrahman
Memanjat Tangga Umur
Bangun tidur pagi hari,
Aku dingkas bangkit
Lari ke laman tafakur,
Memanjat tangga umur
Yang tak kutahu,
Sampai ke takah berupa uzur ?
Kutengok
Penuh khalayak mengetuk rumahku,
Yang tegak doyong,
Yang lepak tolong
Mereka memohon izin,
Menyalakan lilin
Di atas kue loyang bundar licin
Aku tak pernah mau di rayakan,
Seraya memohon maaf,Tuan dan Puan ?
Membuat dapur mereka jadi tersulur
Seperti mulut berkumur sirih dan kapur
Perihal umur yang kelak uzur
Mungkin,serupa gugur kelemumur
Ketiang jemur,ke liang kubur
Aku tahu,selalu ada yang memindai tahniah
Dari lubuk hati ke ceruk hari
Dari gubuk fakir ke sibuk zikir
Untuk untaikan mutiara mata
Yang bening
Yang kolam
Yang diam
Yang salam
Dari jauh seberang,kudengar dia nyanyikan:
“Sanah helwah,ya habibi
Sanah helwah,ya habibi
Sanah helwah,ya habibi”
Lalu,
Cemas
Lepas
Luncas
Memindai namaku yang tak penting!
Cairo,28 Januari 2010
Puisi
Ahmad David Kholilurrahman
Sabut Berlayar
Awak sabut mengajak berlayar
Ke seberang lautan
Kapan angin beribut,
Mengejar kabut bertukar kabar?
Tengojlah,
Siapa yang hanyutkan hulu
Ke muara ?
Denyutkan rindu
Ke asmara
Yang kibas-kibaskan
Saputangan,sepanjang
Pelantar yang melempar
Ingatan alkhamar,tentang dinar
Dan dirham yang mendendendam
Peluk di salam,ceritan pun loba
Siapa yang balutkan madu ke rimba?
Yang remas – remaskan
Satu angan,selayang
Pelamar yang memutar
Ingatan getar,tentang pasar
Dan laparyang mendendam
Pelupuk di malam,derita pun tuba
Awak samut mengajak berlayar
Ke sebrang lautan
Kapan angin buritan
Mengejar kabut bertukar kabar ?
Cairo,23 Januari 2010
Puisi
Ahmad David Kholilurrahman
Awak lah Melayu
Yang Jambi adalah Rumah Panggung
Muasalnya, adalah pangkal
Amsal yang kekal;
Awk sibak lagi
Laci lemari
Warna merah bungur,
Seperti luruh kelemumur
Berjatuhan dari tangga umur
Ke tiang jamur ,ke liang kubur
Asap yang meloloskan diri
Dari lubang dapur,
Jauh tersulur,
Mendasur sabur limur?
Ke ceruk Teluk Belanga
Awak berampan,menambat buhul
Sarung warna hijau pucuk katu,
Berpayung kopiah hitam,
Awak berlindung tempis hijau,
Yang hulu jatuh mendung
Jadi pengayuh,
Yang luan kemudian bertembung,
Jadi penyuruh
Gadis-gadis berbaju kurung
Ungu terung atau kuning lembung
khusyuk tengkuluk di tengkuk
merukuk patah rusuk
merasuk singgah peluk
ke palung rindu paling sejuk
Awak lah Melayu
Yang Jambi adalah rumah panggung
Melambung sabut kampung berlayar ke rabu jantung ?
Cairo,22 Januari 2010
Puisi
Ahmad David Kholilurrahman
Lang Kelik,Lang Sagungung
Anak-anak menjelma busur panah pendengar hikayat
Juga nak panah paling dhasyat;
Lang Kelik,Lang Sagungung
Hikayat mengantung
Di laman kanak-kanak kampung
Serata rumah panggung
Tentang ayam sereban
Terkurung murung
Tertelan sedu-sedan
Terkepung menung
Lang Kelik Lnag Sagunggung
Muncul anak muda jadi wira
Berbenteng dada
Hingga penghabisan darah
Temukan kampung yang murung ?
Memecah lambung
Mematah lambung
Menetah bingung
Adalah pada sarung
Yang karung
Adalah pada lesung
Yang buntung
Adalah pada lebung
Yang halung
Adalah pada tudung
Yang cekeung
Belum terkembang perahu dongeng
Ditiup angin kantuk teroleng-oleng
Anak-anak petah tanya,
Mentah kata ke ujung peta merah mata
Elang Kelik,lang sagungung?
Cairo,10 Januari 2010
Puisi
Ahmad David Kholilurrahman
Mengaji Maghrib,Menguji Khatib
Langit kelam
Bak kopiah hitam resam
Yang kau pandang dari dalam
Selegam malam
Sesuram surau
Selebam rantau
Sesilam pejam
Di bawah tudung lampu minyak malap
Suara mengaji magrib,menguji kitab
Yang beranak bunyi
Yang berbiyak bunyi
Yang berpuak janji
Ia perbaiki buhul kebat kain sarung
Kotak-kotak hijau kangkung
Sekutung baju kurung ungu terung
Sebentang rehal,sehamparan musyafal
Di ujungnya,duri landak meletak
Jinak jarak huruf,harkat dan syakal
Suara mengaji magrib,menguji kitab
Yang beranak bunyi
Yang berbiyak bunyi
Yang berpuak janji
Kupasang daun kuping,
Menangkap hapal
Ribuan dengungan lebah
Sehabis maghrib
Melimpah-riuh
Sepanjang rumah panggung
Serata pecah kampung
Pelan-pelan menghilang,
Senyap terinjap-injap bilang
Tersisa satu dua tiga
Yang tak habis jumlah
Kuhitung jari tangan sebelah
Ke mana suara ribuan dengungan lebah
Sehabis maghrib melimpah –ruah?
Cairo,9 Januari 2010
No comments:
Post a Comment