Saturday, November 30, 2013

ptk

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA POKOK BAHASAN PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI SUB POKOK BAHASAN ATURAN SINUS COSINUS DAN LUAS SEGITIGA PADA KELAS X-2 DI SMA MASEHI 1 PSAK, JL PASIR MAS RAYA NO 1 SEMARANG
Skripsi ini diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan
Disusun oleh:
Nama : YONA KRISTIANTO MUTIASMORO
NIM : 4101906115
Prodi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006/2007
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini dengan judul “Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pembahasan perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan Sinus Cosinus dan Luas segitiga pada kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK, Jl Pasir Mas Raya no 1 Semarang”.
Telah disahkan pada:
Hari :
Tanggal :
Yang mengajukan : YONA KRISTIANTO MUTIASMORO
NIM : 4101906115
Mengetahui dan menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu
Drs. M. Asikin, M..Pd Dra. Kristina Wijayanti, M.Si
NIP. 131568879 NIP. 131568307
Mengetahui / Mengusulkan penguji
Ketua Jurusan Matematika
Drs. Supriyono, M.Si
NIP. 130815345
ii
HALAMAN MOTTO
“Kehidupan akan mati jika tidak ada mimpi. Harapan akan mati jika tidak dilakukan. Cinta akan mati jika tidak ada kasih. Pergunakan semuanya dengan sebaik-baiknya”
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, serta pimpinan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi dengan judul “Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pembahasan materi Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada kelas X-2 di SMA MASEHI 1 PSAK , Jl Pasir Mas Raya no 1 Semarang” disusun dalam rangka menyelesaikan menyelesaikan studi Strata 1, untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan.
Berhasilnya skripsi ini berkat kerja sama dari berbagai pihak. Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Sudjono Sastroatmojo, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Drs. Imam Kasmadi, M.Si. selaku Dekan Universitas Negeri Semarang
3. Drs. Supriyono, selaku Ketua Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
4. Drs Sugiyarto, selaku Kepala Center Semarang Jurusan Matematika Prodi Pendidikan Matematika S1 transfer tahun akademik 2006/2007
5. Drs. M. Asikin, M..Pd selaku pembimbing utama penulisan skripsi yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

iv
6. Dra. Kristina Wijayanti, M.S, selaku pembimbing pembantu penulisan skripsi
7. Dra Rumanti Budiastuti selaku Kepala Sekolah SMA Masehi 1 PSAK yang telah memberikan ijin penelitian tindakan kelas
8. Drs Wijonarko selaku guru pengamat dan segenap rekan guru SMA Masehi 1 PSAK yang selalu memberikan dorongan dan semangat dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas
9. Istri dan anak tercinta yang telah memberikan dukungan mental dalam menyelesaikan penulisan skripsi
10. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Semoga amal dan budi baik beliau-beliau mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun dalam penyusunan bahasa. Dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang membangun dari pembaca guna perbaikan dimasa mendatang.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika sesuai dengan perkembangan dunia kependidikan dewasa ini.

Semarang, Agustus 2007
Penulis
v
ABSTRAK
Yona Kristianto Mutiasmoro. Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pembahasan materi Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada kelas X-2 di SMA MASEHI 1 PSAK , Jl Pasir Mas Raya no 1 Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa yang signifikan dari pengamatan setelah menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pembahasan materi Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa Sekolah Menengah Atas.” Penelitian ini untuk menjawab permasalahanyang ada yaitu
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk menuntaskan pembelajaran siswa dalam pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
2. Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
3. Apakah metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-2 Sekolah Menengah Atas Masehi 1 PSAK di Kota Semarang yang terdiri dari 27 siswa. Alat pengumpulan data berupa pengamatan langsung, lembar observasi siswa, lembar observasi guru dan quiz.
Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa
1. Terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa pada kelompok siswa yang diajar dengan metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan Fungsi Trigonometri sub pokok bahasan Aturan sinus cosinus dan luas segitiga.
2. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata tes matematika semester 1 adalah 51 menjadi 74,44 pada pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK.
3. metode pembelajaran cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan, pendidikan merupakan aspek yang sangat penting karena dengan pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif dan inovatif. Untuk membentuk sumber daya manusia sesuai dengan perkembangan jaman diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan menekankan pada proses belajar yang bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri manusia baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah-sekolah sampai sekarang tetap merupakan lembaga pendidikan utama yang merupakan pusat pengembangan sumber daya manusia dengan didukung oleh pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.
Dunia pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan kuantitatif yang menggembirakan. Jumlah sekolah makin bertambah. Jumlah anak-anak yang memasuki sekolah juga bertambah. Demikian pula daya serap sekolah terhadap anak usia sekolah makin meningkat. Ini semua menunjukkan adanya perkembangan kuantitatif yang makin baik. Namun perkembangan kuantitatif tersebut belum dapat diimbangi oleh perkembangan secara kualitatif. Kualitas lulusan di hampir semua jenjang pendidikan menunjukkan belum baku mutu seperti yang diharapkan.
1 2
Rendahnya kualitas lulusan antara lain diperlihatkan oleh masih rendahnya rata-rata prestasi belajar siswa untuk hampir semua mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional (UN). Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Kamus besar bahasa Indonesia 1989:700). Dengan demikian, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa mencerminkan tinggi rendahnya kualitas lulusan dari suatu lembaga pendidikan .
Prestasi belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor., tanpa mengurangi atau meniadakan peran dan fungsi unsur yang lain, guru merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan, karena apapun tujuan-tujuan dan putusan-putusan penting tentang pendidikan yang dibuat oleh para pembuat kebijaksanaan, sebenarnya yang paling penting adalah bagaimana hal itu dilaksanakan dalam situasi atau proses belajar mengajar di kelas. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran adalah: 1) tujuan pembelajaran, 2) motivasi siswa, 3) guru, 4) materi pembelajaran, 5) metode yang digunakan, 6) media, 7) evaluasi, dan 8) situasi lingkungan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, faktor guru, metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan, fasilitas yang tersedia, kondisi-kondisi internal siswa seperti: tingkat kemampuan awal, minat belajar dan motivasi belajar sangat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.
Faktor kekurangtepatan dalam memilih metode pembelajaran masih sering dijumpai dilapangan yang ditengarai dengan masih adanya guru yang hanya terpaku menggunakan satu atau dua metode mengajar secara terus menerus saja 3
tanpa pernah memodifikasinya atau menggantikannya dengan metode lain walaupun tujuan pembelajaran yang hendak dicapai berbeda. Akibatnya, pencapaian tujuan pembelajaran oleh para siswa tidak optimal.
Demikian pula halnya pembelajaran matematika di SMA menunjukkan masih dijumpainya kesulitan-kesulitan para siswa dalam mempelajarinya, kondisi ini terjadi juga di SMA Masehi I PSAK. Disamping kesulitan-kesulitan diatas kondisi raw input siswa yang masuk dikelas X-2 dibanding kelas X-1 memiliki raw input yang lebih rendah dan hasil prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran matematika kelas X-2 semester 1 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan yaitu rata-rata kelas 51 dengan nilai tertinggi 68 dan nilai terendah 38 sedangkan nilai SKBM adalah 55, ini menunjukkan bahwa prestasi belajar matematika rendah.
Tujuan umum pembelajaran matematika seperti yang tertulis dalam panduan umum pembelajaran Matematika Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA 2004 mensyaratkan tujuan pembelajaran matematika adalah:
1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah
4
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun sosial. Pada pengajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kekhasan pokok bahasan/subpokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa. Pada pokok-pokok bahasan tertentu, antara lain pokok bahasan trigonometri, banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajarnya, misalnya pada subpokok bahasan aturan sinus, cosinus dan luas segitiga. Hal ini berakibat masih rendahnya prestasi belajar untuk pokok bahasan trigonometri pada sebagian besar siswa.
Salah satu penyebab kesulitan belajar siswa dalam belajar trigonometri adalah karena belum semua guru mampu memilih pendekatan atau metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk pokok bahasan tersebut. Misalnya, pada pembelajaran aturan sinus, cosinus dan luas segitiga digunakan metode ceramah yang dilanjutkan tanya jawab dan diskusi (biasa dikenal dengan metode konvensional). Hal ini kurang tepat dalam pemilihan metode karena ketrampilan dan keaktifan siswa kurang dioptimalkan sehingga penanaman konsep aturan sinus, cosinus dan luas segitiga masih kabur. Kadangkala para guru sendiri belum menguasai berbagai jenis metode pembelajaran yang tepat untuk masing-masing pokok bahasan. Akibatnya, terdapat kecenderungan penggunaan metode pembelajaran yang bersifat monoton, 5

yaitu guru menggunakan metode yang hampir sama pada setiap materi. Hal ini belum tentu sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk masing-masing pokok bahasan. Masih banyak guru yang menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran trigonometri. Metode konvensional yang sering digunakan adalah kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan diskusi. Kenyataan lain yang sering dijumpai adalah masih adanya guru yang tidak merasa siap, mereka merasa kurang menguasai materi tersebut sehingga berusaha menghindarinya. Bagi mereka yang bersedia mengajarkan namun kurang menguasai materi tersebut barakibat kurangnya kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat.
Salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pokok bahasan trigonometri adalah model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Cooperative learning tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins (Nurhadi,2004:116).. Dengan pendekatan atau metode ini para siswa didorong lebih aktif belajar. Pembelajaran trigonometri dengan pendekatan seperti ini diharapkan dapat memberi kesempatan para siswa berlatih secara tekun dalam memecahkan soal-soal sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh penguasaan materi berdasarkan proses yang melibatkan mereka secara aktif.
Berdasarkan latar belakang seperti yang diutarakan di atas, menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran 6
cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran trigonometri khususnya pada Sekolah Menengah Atas .
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, dapat diidentifikasikan sejumlah masalah:
1. Masih rendahnya rata-rata prestasi belajar meratanya penguasaan metode atau model pembelajaran untuk berbagai pokok Belum bahasan, khususnya model pembelajaran cooperative learning tipe STAD untuk pokok bahasan trigonometri.
2. siswa untuk mata pelajaran matematika.
3. Masih belum meratanya kualitas atau kemampuan guru matematika dalam memilih metode atau pendekatan pembelajarn yang tepat.
4. Masih terbatasnya sarana dan fasilitas sebagai media pembelajaran matematika.
5. Belum optimalnya upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Adapun permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk menuntaskan pembelajaran siswa dalam pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan perbandingan dan fungsi trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga pada siswa kelas X-2 di SMA Masehi 1 PSAK?.
7
C. Penegasan Istilah

Untuk membatasai istilah dan salah penafsiran, maka penulis perlu memberi batasan dan keterangan beberapa istilah yang penting yang dijadikan judul dalam PTK ini.
1. Belajar

Belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 13). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Nana Sudjana, 1989 : 5). Aktivitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 13).
Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan seseorang dalam rangka memperoleh suatu kepandaian/ pengetahuan.
2. Prestasi belajar.

Nana Sudjana (1999:22) mendefinisikan prestasi belajar adalah kemam -puan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya Sementara itu, Aiken (1997 : 109) mendefinisikan prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi.8
Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.
3. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD.

STAD singkatan dari Student Teams-Achievement Division. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan pendekatan yang baik untuk guru yang baru memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas. Menurut Nurhadi (2004:116) model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Menurut Mohamad Nur (1999:23) dalam STAD siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4 – 5 orang yang terdiri kelompok campur menurut tingkat kerja, jenis kelamin, suku dan ras, yang melibatkan pengakuan tim dan tanggungjawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut: (1) Mengajar: Guru mempresentasikan materi pelajaran. (2) Belajar dalam tim: siswa belajar melalui kegiatan kerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh LKS untuk menuntaskan materi pelajaran. (3) Pemberian kuis : Siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak bolek bekerja sama. (4) penghargaan: pemberian penghargaan pada siswa yang berprestasi dan tim yang memperoleh skor tertinggi dalam kuis. 9

4. Perbandingan dan fungsi Trigonometri.

Trigonometri adalah cabang ilmu ukur yang membahas aspek-aspek segitiga, adapun aspek yang diukur adalah nilai sinus, kosinus, tangen sudut dan besar sudut segitiga. Perbandingan dan fungsi Trigonometri adalah bagian materi pengajaran matematika kelas X semester 2 yang membahas mengenai nilai perbandingan Trigonometri sudut tertentu.
Secara keseluruhan maksud dari “Usaha meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus kosinus dan luas segitiga di kelas X-2” dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kegiatan belajar dimana seorang guru menyampaikan persoalan/permasalahan aturan sinus kosinus dan luas segitiga kepada siswa dan membimbing siswa untuk meyelesaikan persoalan/ permasalahan sendiri.
D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam menyelesaikan soal Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD pada siswa kelas X-2 Semester II SMA Masehi I PSAK Semarang Tahun Ajaran 2006/2007
2. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan metode cooperative learning tipe STAD pada pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga
10
pada siswa kelas X-2 Semester II SMA Masehi I PSAK Semarang Tahun Ajaran 2006/2007

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan teori pembelajaran matematika dan strategi/pendekatan/metode yang digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya untuk materi-materi yang dianggap sulit oleh siswa Sekolah Menengah Atas seperti pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga.
2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi para guru Matematika di Sekolah Menengah Atas dalam pembelajaran seperti pokok bahasan Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga., antara lain:
1. Guru dapat menerapkan dan memilih metode pengajaran yang tepat untuk proses pembelajaran matematika.
2. Guru dapat meningkatkan aktivitas belajar anak didiknya dengan memakai metode pembelajaran yang sesuai.
3. Dengan memilih metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membantu peningkatan prestasi belajar matematika yang optimal.
11
4. Sekolah dapat meningkatkan kualitas output pendidikan, terutama pada mata pelajaran matematika.

F. Sistematika Penulisan Skripsi
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 6 bab yaitu: pendahuluan, landasan teori dan hipotesis tindakan, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan penutup.
Bab Pendahuluan (Bab I) memberi petunjuk dan arah pembicaraan skripsi ini yang terdiri dari latar belakang masalah, permasalahan, penegasan istilah, tujuan penelitian,manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini. Landasan Teori dan Hipotesis Tindakan (Bab II) memuat tinjauan kepustakaan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan. Metode Penelitian (Bab III) memuat lokasi penelitian, subyek yang diteliti, prosedur kerja dalam penelitian, sumber data dan cara pengambilan data, tolok ukur keberhasilan. Hasil Penelitian dan pembahasan (Bab IV) bagian yang berisi Pelaksanaan dan hasil siklus I, pelaksanaan dan hasil pada siklus II dan pembahasan. Penutup (Bab V) bagian ini berisi simpulan dan saran dalam pembahasan sebelumnya.

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Landasan teori
1. Belajar dan prestasi belajar

Belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk mengembangkan potensi diri seseorang. Proses belajar diperlukan untuk dapat mengembangkan kemampuan seseorang secara optimal.
Teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner (1977: 48) menyatakan bahwa proses belajar pada diri seseorang mengandung tiga proses simultan. Pertama, proses untuk mendapatkan perolehan (akuisisi) sesuatu dari informasi baru. Hal yang diperoleh dari informasi baru sering merupakan pengganti atau perbaikan atas pengetahuan sebelumnya. Kedua, proses tranformasi pengetahuan yang diperoleh disesuaikan dengan kebutuhan atau tugas. Dalam proses ini terjadi analisis atas informasi lalu diubah dalam bentuk lain seperti simbol-simbol. Ketiga, proses evaluasi. Dalam proses ini terjadi penilaian apakah transformasi yang dilakukan sudah sesuai dengan kebutuhan atau tugas yang akan dihadapi. Proses belajar pada dasarnya adalah proses simultan dari ketiga hal tersebut.
Akibat terjadinya proses belajar pada diri seseorang adalah terjadinya perubahan perilaku yang dapat mencakup kawasan (domain) kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan perilaku sebagai akibat terjadinya proses belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar.
12 1 3
Sementara itu, Aiken (1997 : 109) mendefinisikan prestasi belajar adalah tingkat pengetahuan, keterampilan, atau capaian yang diperoleh peserta didik untuk bidang studi tertentu. Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa.
Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.
Suharsimi Arikunto (1999 : 24-25) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hubungan ketiganya dapat diperlihatkan dalam gambar 1. 1 4
Dari gambar 1 tampak hubungan erat antara kegiatan pembelajaran, tujuan, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada tujuan pembelajaran yang telah terumuskan akan memberikan arah dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Dilihat dari segi proses langkah penyusunan alat evaluasi sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya, kegiatan pembelajaran juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang nantinya akan dilakukan.
tujuan
evaluasi kegiatan pembelajaran
Gambar 1
Hubungan Tujuan, Kegiatan Pembelajaran, dan Evaluasi
(Sumber: Suharsimi Arikunto.1999.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, p. 24).
Kurikulum 2004 menuntut penilaian secara berkelanjutan, karena hasil penilaian hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran berlangsung antara lain melalui ujian/ulangan harian, mingguan, bulanan atau 1 5

akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program tindak lanjut berupa program pembelajaran remidial atau program pengayaan. Penggunaan sistem penilaian berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap peserta didik harus belajar tuntas untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Menurut Martinus Yamin (2007:122) mengatakan: (1) Jika peserta didik dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuannya untuk beberapa mata pelajaran dan diajar sesuai dengan karakteristik mereka maka sebagian besar dari amereka akan mencapai ketuntasan. (2) Apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur maka semua peserta didik akan mampu menguasai semua bahan yang disajikan kepadanya. Sehingga belajar tuntas membutuhkan proses pembelajaran yang sistematis, terstruktur berkesinam-bungan untuk mencapai kompetensi yang disyaratkan
2. Aktivitas belajar

Aktivitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 17). Aktivitas belajar adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran. Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang akan diamati oleh guru ataupun observer adalah:
1. Aktif dalam diskusi kelompok dalam timnya
1 6
2. Aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dalam menyelesaikan soal, tidak hanya menyerahkan tugas penyelesaian soal pada seseorang anggota tim.
3. Aktif mengerjakan tugas dan lembar kerja siswa yang diberikan kepada tiap tim.
4. Aktif berpartisipasi dalam mengerjakan tugas dan lembar kerja siswa
5. Aktif bertanggung jawab agar tiap tugas dan soal yang diberikan kepada tiap individu atau tim dapat selesai dengan benar dan selesai tepat waktu.
6. Aktif berdiskusi untuk menyelesaikan tugas
7. Aktif berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas

Yang perlu mendapat perhatian dari guru dalam aktivitas pembelajaran adalah agar tidak terjadi aktivitas yang tidak yang tidak mendukung proses pembelajaran seperti menganggu teman yang lain.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Dari uraian teori belajar dapatlah dimengerti bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang, meliputi:
1. faktor internal siswa, antara lain:
a. Bakat
1 7
Dasar kepandaiaan dan sifat pembawaan dari lahir yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa terhadap suatu bidang tertentu.
b. Minat

Minat dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, kalau seseorang menyenangi dan berminat terhadap matematika maka ia akan berusaha untuk berhasil dalam mengikuti seluruh proses pembelajaran sebaliknya apabila tidak menyenanginya maka ia akan belajar dengan perasaan terpaksa, mengikuti proses pembelajaran hanya sekedar formalitas dan pembelajaran menjadi tidak bermakna.
c. Kemauan belajar.
Salah satu tugas guru mengubah yang tidak mau belajar menjadi antusias belajar dan menyenangi pelajaran tersebut.
d. Sikap mental siswa
Sikap mental siswa sangat mempengaruhi dalan proses pembelajaran, sikap mental ini meliputi kematangan sosial emosional siswa dan pengetahuan prasarat yang dimilikinya untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Faktor eksternal, antara lain:
a. metode pembelajaran
1 8
Terdapat kaitan yang erat antara belajar dan pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran adalah mendorong peserta didik belajar. Pembelajaran adalah upaya pengaturan informasi dan lingkungan sedemikian rupa untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Lingkungan pembelajaran meliputi metode, media, dan peralatan yang diperlukan dalam penyampaian informasi dalam proses pembelajaran. Pengaturan atau pemilihan metode, media, dan peralatan serta informasi dalam proses pembelajaran menjadi tanggung jawab dari guru untuk merancang atau mendesainnya. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah bagian dari proses pembelajaran yang merupakan langkah-langkah taktis bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan.
b. Kepribadian guru.
Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran siswa. Guru menurut tokoh pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro, dihadapan mata anak harus dapat menjadi suri tauladan yang baik, ditengah aktivitas dengan siswa dapat membangun keinginan dan minat siswa untuk belajar dan dibelakang layar mampu memberdayakan siswanya untuk belajar lebih baik.
c. Lingkungan belajar.
Lingkungan belajar siswa sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, jika lingkungan belajar siswa tertata dengan baik maka proses
1 9

pembelajaran akan dapat berlangsung dengan baik, agar lingkungan pembelajaran dapat mendukung usahakan:
1. suasana pembelajaran memberi kesempatan siswa untuk melakukan penelitian
2. bersikap yang tidak berlebihan (wajar) jika mendapatkan jawaban yang tidak benar dari siswa
3. meningkatkan kompetensi keguruan dari guru agar keberhasilan siswa dalam belajar meningkat
4. Metode Cooperative Learning tipe STAD

Menurut Nurhadi (2004:102-103) pembelajaran yang relevan dengan misi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diantaranya adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itu, manusia dapat saling asah, asih, dan asuh (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh sehingga tercipta masyarakat belajar (learning community). Siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga teman dari siswanya.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindarkan ketersinggungan 2 0
dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen itu adalah (1) saling ketergantungan positif, (2) interaksi tatap muka, (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalain hubungan antar pribadi atau keterampilan social yang secara sengaja diajarkan, Nurhadi (2004:116)
1. Saling ketergantungan positif

Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : (a) saling ketergantungan mencapai tujuan, (b) saling ketergantungan menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, (e) saling ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa saling tatap muka dalam kelompok sehingga dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru terhadap siswa tetapi juga siswa dengan siswa.
3. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasilnya selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang akan membantu. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Penilaian kelompok yang didasrkan atas rata-rata 2 1

enguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antarpribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama.

Metode Cooperative Learning tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok tim, masing-masing tim terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan (tinggi, sedang, rendah). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik; dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar anggota tim. Secara individual atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu guru mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang telah dipelajari. Tiap siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau tim yang meraih prestasi tertinggi atau 2 2 memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Kadang-kadang beberapa atau semua tim memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu kriteria atau standar tertentu.
STAD singkatan dari Student Teams Achievement Division yang berarti kelompok siswa yang menghasilkan kesuksesan dalam artian sukses belajar. Inti kegiatan dalam STAD adalah sebagai berikut: (1) Mengajar: Guru mempresentasikan materi pelajaran yang sesuai dengan yang disyaratkan oleh silabus pengajaran. (2) Belajar dalam tim: siswa dengan bimbingan dan arahan guru belajar melalui kegiatan kerja dalam kelompok mereka dengan dipandu oleh LKS untuk mengerti dan menuntaskan materi pelajaran. (3) Pemberian kuis : Siswa mengerjakan kuis secara individual dan siswa tidak boleh bekerja sama dengan yang lain. (4) penghargaan: pemberian penghargaan pada siswa yang berprestasi dan tim yang memperoleh skor tertinggi dalam menyelesaikan kuis. (Muhamad Nur, 1999:23).
Prosedur pelaksanaan metode Cooperative Learning tipe STAD dalam pengajaran matematika dapat digambarkan sebagai berikut : guru merencanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan silabus pengajaran dengan menyiapkan LKS, meteri pelajaran, kuis, lembar angket observasi aktivitas siswa, lembar observasi guru dan rubrik kinerja guru serta perangkat pengajaran di rumah untuk diberikan kepada siswa di depan kelas, topik yang akan dibahas adalah materi Perbandingan dan fungsi Trigonometri sub pokok bahasan aturan sinus cosinus dan luas segitiga. Pada saat yang sudah ditentukan semua perencanaan dilaksanakan pada kelas yang dimaksud. 2 3


















Langkah-langkah pembelajaran kooperatif STAD adalah sebagai berikut : FASE     KEGIATAN GURU       
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memo-tivasi siswa     Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar satu topik yang sudah ditentukan lebih dahulu.       
Fase 2
Menyajikan informasi     Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks mengenai topik yang diajarkan.       
Fase 3
Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar     Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.       
Fase 4
Membantu kerja kelompok dalam belajar     Guru membimbing kelompok-kelompok pada saat mereka mengerjakan tugas dan mendiskusikan pekerjaannya dalam kelompok masing-masing dan tiap individu anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama untuk menguasai materi pelajaran.       
Fase 5
Mengetes materi     Guru mengetes individu atau kelompok untuk mengevaluasi penguasaan mereka terhadap materi bahan ajar    

No comments:

Post a Comment