Saturday, November 30, 2013

Penarikan Kesimpulan

Bab IV
Penarikan Kesimpulan

Penarikan Kesimpulan atau Argumen

Jika pernyataan atau proposisi dilambangkan dengan kalimat yang memiliki nilai benar saja atau salah saja, maka istilah sahih atau tidak sahih berkait dengan penarikan kesimpulan, penalaran, ataupun argumen. Beda kedua istilah menurut Soekardijo (1988) adalah, kalau penalaran itu aktivitas pikiran yang abstrak maka argumen ialah lambangnya yang berbentuk bahasa atau bentuk-bentuk lambang lainnya. Dikenal dua macam penarikan kesimpulan. Yang pertama adalah induksi atau penalaran induktif dan yang kedua adalah deduksi atau penalaran deduktif. Yang akan dibicarakan pada modul ini adalah penalaran deduktif atau deduksi. Contoh deduksi atau penalaran deduktif adalah:

Premis 1: Semua manusia akan mati.
Premis 2: Amri manusia.
Kesimpulan: Jadi, Amri pada suatu saat akan mati.

Sahih Tidaknya Penarikan Kesimpulan

Perhatikan contoh penarikan kesimpulan ini:
    (1) Semarang terletak di sebelah barat Surabaya.
    (2) Jakarta terletak di sebelah barat Semarang.
    Jadi, Jakarta terletak di sebelah barat Surabaya.
Pada proses pembelajaran di kelas, ketiga kota tersebut sebaiknya dimodifikasi sehingga sesuai dengan lingkungan siswa. Dengan cara seperti itu, diharapkan proses pembelajarannya akan lebih bermakna bagi para siswa. Berilah kesempatan kepada para siswa untuk berpikir dengan mengajukan  pertanyaan ini:
“Jika kedua premis argumen tadi bernilai benar, apakah mungkin kesimpulannya bernilai salah?”
 Jawabannya adalah tidak mungkin. Untuk meyakinkan mereka, dapat saja digunakan peta pulau Jawa atau diagram berikut:




Contoh di atas menunjukkan penarikan kesimpulan yang valid atau sahih sebagaimana dinyatakan Giere (84:39) berikut: “Any argument in which the truth of the premises makes it impossible that the conclusion could be false is called a deductively valid argument." Yang artinya, setiap argumen di mana kebenaran dari premis-premisnya tidak memungkinkan bagi kesimpulannya untuk salah disebut dengan argumen yang sah atau valid.
Giere (1984) mencontohkan bahwa dari suatu premis-premis yang bernilai salah akan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bernilai benar melalui suatu proses penarikan kesimpulan yang valid seperti:

Kuda adalah binatang bersayap.             (Salah)
Semua binatang bersayap tidak dapat terbang.    (Salah)
Jadi, kuda tidak dapat terbang            (Benar)
Giere (1984) mencontohkan juga bahwa dari suatu premis-premis yang bernilai salah akan dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bernilai salah melalui suatu contoh proses penarikan kesimpulan yang valid berikut ini.
Bulan lebih besar daripada bumi.            (Salah)
Bumi lebih besar daripada matahari.        (Salah)
Jadi, bulan lebih besar daripada matahari        (Salah)

Beberapa Penarikan Kesimpulan yang Sahih
Beberapa penarikan kesimpulan yang sahih atau valid yang akan dibahas pada bagian ini di antaranya adalah modus ponens, modus tolens, dan silogisme.

Modus Ponens
Perhatikan contoh berikut.
Premis 1: Semua manusia akan mati
Premis 2: Amri manusia.
Kesimpulan: Jadi, Amri pada suatu saat akan mati.
Premis 1 adalah senilai dengan: Jika x manusia maka x akan mati. Pada contoh ini, premis-premis yang bernilai benar tidak akan memungkinkan bagi kesimpulannya untuk bernilai salah, sehingga penarikan kesimpulan bentuk seperti itu disebut dengan penarikan kesimpulan sah, sahih, valid, atau correct. Bentuk umumnya adalah:    
p Þ q
             p
            \  q
Untuk mengetahui validitas suatu argumen deduktif adalah dengan membentuk kondisional atau implikasi di mana konjungsi premis-premis dari argumen tersebut dijadikan sebagai antesedennya dan konklusi dari argumen tersebut dijadikan sebagai konsekuennya. Sebagai contoh, untuk mengetahui valid tidaknya argumen berikut:
p Þ q     (Premis 1)
p    (Premis 2)
Jadi q    (Kesimpulan)
adalah dengan membentuk konjungsi dari premis 1 dan 2, yaitu:
(p Þ q) Ù p lalu konjungsi tersebut diimplikasikan dengan konklusi argumen yang ada sehingga menjadi: (p Þ q) Ù p Þ q.
Bentuk terakhir ini harus dibuktikan melalui tabel kebenaran apakah termasuk tautologi atau tidak. Jika bentuk terakhir tadi merupakan tautologi maka argumen tadi valid. Jika tidak dihasilkan suatu tautologi maka argumen tadi tidak valid. Untuk membuktikannya, dapat ditunjukkan bahwa [(p Þ q) Ù p] Þ q merupakan suatu tautologi lewat tabel kebenaran di bawah ini.


 p    q      [(p          Þ       q)       Ù        p]       Þ       q      
B    B    B    B    B    B    B    B    B      
B    S    B    S    S    S    B    B    S      
S    B    S    B    B    S    S    B    B      
S    S    S    B    S    S    S    B    S      
Langkah ke     1    2    1    3    1    4    1   

Pada langkah terakhir (langkah ke-4) terlihat nilai kebenarannya adalah semuanya benar (tautologi), sehingga modus ponens termasuk penarikan kesimpulan yang sah, valid, absah, atau sahih.
Contoh modus ponens:
Jika seseorang  berada di Jakarta maka ia berada di Jawa.
Anita berada di Jakarta.
Jadi, Anita berada di pulau Jawa.
Pada hari Senin di sekolah ada pelajaran logika.
Tanggal 2 April 2001 adalah hari Senin.
Jadi, pada tanggal 2 April 2001 ada pelajaran logika.
Jika suatu segitiga mempunyai 2 sisi yang sama panjang maka segitiga itu sama kaki.
Pada segitiga ABC, AB = AC.
Jadi, segitiga ABC sama kaki.


Modus Tolens
Perhatikan contoh berikut.

Premis 1: Jika seseorang adalah siswa SMK maka ia pintar
Premis 2: Orang itu tidak pintar.
Kesimpulan: Orang itu bukan siswa SMK.
Pada contoh ini, premis-premis yang bernilai benar tidak memungkinkan bagi kesimpulannya untuk bernilai salah juga, sehingga penarikan kesimpulan bentuk seperti itu disebut dengan penarikan kesimpulan sah, sahih, valid, atau correct. Bentuk umum modus tolens adalah:
                      p Þ q
                               ~q
                                \ ~p
Argumen di atas dapat dibuktikan sendiri seperti pada saat membuktikan modus ponens, yaitu dengan membuktikan implikasi [(p Þ q) Ù (~ q)] Þ ~ p sebagai suatu tautologi.
Contoh modus tolens:
Seorang vegetarian tidak makan daging ataupun hasil olahannya.
Amin makan ayam goreng.
Jadi, Amin bukan vegetarian
Bilangan prima adalah bilangan yang faktornya adalah 1 dan dirinya sendiri
x mempunyai 3 buah faktor.
Jadi, x bukan bilangan prima.
Seluruh grafik y = ax2 + bx + c terletak di atas sumbu-X bila     a > 0 dan b2 – 4ac < 0
y = - 2x2 + 4x – 5 dengan a = – 2 < 0
Jadi, tidak seluruh grafik y = - 2x2 + 4x – 5 terletak di atas sumbu-X
.
Silogisme
Perhatikan contoh ini.
(1) Rumah Amin  terletak di sebelah barat rumah Akbar.
(2) Rumah Akbar  terletak di sebelah barat rumah Abdur
    Jadi, rumah Amin  terletak di sebelah barat rumah Abdur
Tentunya para siswa dan Anda sendiri tidak akan mengetahui apakah ketiga orang tersebut benar-benar memiliki rumah seperti yang dinyatakan kalimat tersebut. Tetapi Anda dapat menyatakan bahwa jika premis-premisnya bernilai benar maka kesimpulannya tidaklah mungkin bernilai salah, sehingga penarikan kesimpulan seperti itu merupakan contoh penarikan kesimpulan yang sahih atau valid. Bentuk umum penarikan kesimpulan yang dikenal dengan nama silogisme itu adalah:
                    p Þ q
                        q Þ r
                              \p Þ r
Kesahihan argumen silogisme ini dapat dibuktikan sendiri seperti di atas, yaitu dengan menunjukkannya pada tabel kebenaran bahwa bentuk (p Þ q) Ù (q Þ r) Þ (p Þ r)
Contoh Silogisme:
Setiap hari Sabtu ayah tidak bekerja (libur).
Ayah berkebun jika tidak bekerja.
Jadi, setiap hari Sabtu ayah berkebun.
Jika x dan y adalah dua bilangan bulat berurutan maka yang satu genap dan yang satunya lagi ganjil.
Jika salah satu bilangan genap dan yang satunya lagi ganjil maka jumlah kedua bilangan itu ganjil.
Jadi, jika x dan y bilangan bulat berurutan maka jumlah kedua bilangan itu ganjil.

Perlu diingatkan sekali lagi bahwa dalam penarikan kesimpulan, premis-premisnya diasumsikan atau dianggap benar dan argumennya harus valid, dan berikut ini adalah beberapa contoh soal tentang penarikan kesimpulan.

Contoh 1
Perhatikan premis-premis ini.
Jika Anita mendapat A pada ujian akhir maka Anita mendapat A untuk mata kuliah itu.
Jika Anita mendapat A untuk mata kuliah itu maka ia dinominasikan menerima beasiswa.
Anita tidak dinominasikan menerima beasiswa.
Buatlah suatu kesimpulan dari tiga premis tersebut.
Penyelesaian
Misal     p: Anita mendapat nilai A pada ujian akhir
    q: Anita mendapat nilai A untuk mata kuliah itu
    r: Anita dinominasikan mendapat beasiswa
Peryataan-pernyataan di atas dapat diterjemahkan secara simbolik:
p Þ q
q Þ r
~ r
Dari premis (1) dan (2), dengan silogisme, akan diperoleh p Þ r. Jika dilanjutkan dengan premis (3) akan terjadi modus tolens berikut:
p Þ r

Kesimpulannya, Anita tidak mendapat nilai A pada ujian akhir.

Contoh 2:
Apakah penarikan kesimpulan berikut ini valid?
Jika x = 3 maka x2 = 9
x2 = 9
Jadi, x = 3
Penyelesaian:
Bentuk simbolik penarikan kesimpulan di atas adalah:
p Þ q
       q
Jadi, p   
Bentuk di atas bukan modus ponens, modus tolens, maupun silogisme. Untuk menentukan valid atau tidaknya, dibuat tabel kebenaran [(p Þ q)Ù q] Þ p berikut.

P    q      [(p        Þ        q)         Ù           q]           Þ         p      
B    B    B    B    B    B    B    B    B      
B    S    B    S    S    S    S    B    B      
S    B    S    B    B    B    B    S    S      
S    S    S    B    S    S    S    B    S      
Langkah    1    2    1    3    1    4    1   

Nilai kebenaran [(p Þ q) Ù p] Þ q  yang diperlihatkan dalam langkah 4 ternyata bukan tautologi. Dengan demikian bentuk penarikan kesimpulan di atas tidak valid.
Argumen yang tidak valid lainnya berbentuk:
p Þ q
~p
~q






Latihan 4.1
Untuk soal nomor 1 sampai 10, buatlah suatu kesimpulan dari pernyataan-pernyataan berikut.
 (1) Suatu fungsi disebut fungsi bijektif jika fungsi itu fungsi injektif (satu-satu) dan fungsi onto.
(2) Fungsi f bukan fungsi bijektif.
(1)  Jika petani merabuk dua kali sebulan maka ia akan panen raya.
Jika rabuk harganya mahal maka petani akan menangis.
Jika orang tidak merabuk dua kali sebulan maka petani tidak menangis.
(1) Lingkaran dapat digambar melalui 3 titik jika ke-3 titik tidak segaris.
(2) Suatu lingkaran tidak dapat digambar.
(1) Nilai sinus a akan positif jika a di kuadran I atau II.
(2) a di kuadran II.
(1) Jika A Ì B maka A Ç B = A.
(2) A Ç B ¹ A.
Untuk soal nomor 6 sampai 10, tentukan apakah penarikan kesimpulan di bawah ini valid ? Berikan penjelasannya.
Jika besar sudut a negatif maka cosinus a positif.
Sudut A = 600
Jadi, cosinus A negatif
Jika n bilangan ganjil maka n2 bilangan ganjil.
Jika n2 bilangan ganjil maka n2 + 1 bilangan genap.
n2 + 1 bilangan ganjil.
Jadi, n bilangan genap.
Jika hujan lebat turun maka akan terjadi banjir.
Sekarang tidak banjir.
Jadi, hujan tidak lebat.
Wanita cantik adalah artis film.
Wanita yang pintar tidak cantik.
Jadi, artis film tidak pintar.
Jika ia tidak sakit maka ia masuk sekolah.
Jika ia tidak lelah maka ia masuk sekolah.
Ia sakit dan tidak lelah.
Jadi, ia masuk sekolah.
Tentukan penarikan kesimupulan yang sahih di bawah ini:
(p Ú q) , ~p. Jadi: q
p Þ q,     q Þ r, r Þ s. Jadi p Þ s
p Þ q, ~p. Jadi ~q
p, q. Jadi: p Ù q
p. Jadi p Ú q
p Ú q Ú r, p Þ s, q Þ s, r Þ s. Jadi: s
p Þ q, r Þ s, ~q Ú ~s. Jadi  ~p Ú ~q
p Þ q, r Þ s, pÚ r. Jadi  q Ú s

No comments:

Post a Comment